Keesokan paginya kita menuju desa Penanggapan, kecamatan Banjarharjo. Desa ini adalah lokasi yang akan saya survei terkait Sosial Kemasyarakatan dan Elektabilitas Demokrasi, karena jalanan yang rusak, kita baru sampai di lokasi sekitar jam 11. Jika dilihat letak geografisnya daerah ini ikut provinsi Jawa tengah, namun mayoritas penduduknya adalah orang-orang sunda. Jadi bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda. Saya pun lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia supaya bisa saling paham. Kesan ramah dan terbuka bisa saya tangkap ketika beberapa kali ngobrol dengan warga setempat. Ketika di tanya tentang asal dan sekarang kuliah dimana, saya jawab kalau kita berdua berasal dari Pati, dan saya sendiri kuliah di IPMAFA, sementara Karim sekarang ini mahasiswa di UIN Bandung. Setelah mereka tahu kalau kita adalah mahasiswa yang datang dari jauh untuk survei di desa Penanggapan, beberapa warga menawari kita untuk menginap saja dirumahnya. Saya sebenarnya oke2 aja pas ditawari untuk menginap, cuma Karim agak sungkan. Dan akhirnya kita memilih untuk menginap di masjid saja. Kebaikan warga setempat tidak hanya sangat ramah kepada kita, beberapa orang sampai pulang kerumahnya untuk mengambil makanan dan diberikan kepada kita.
Banyak desa-desa yang telah saya datangi, karena memang sudah hobi kalau soal 'keluyuran'. Dan hampir keseluruhan kesannya sama di tiap-tiap desa; keramahan penduduknya, kesederhanaan, serta bagaimana mereka memperlakukan orang asing seperti saya ini layaknya keluarga sendiri. Terlebih-lebih lagi ketika mereka tahu kalau kita berdua adalah mahasiswa, rasanya ada kepercayaan dan simpati yang mereka berikan. Memang saya buktikan beberapa kali bahwasanya sangat erat hubungan antara masyarakat dan mahasiswa. Kalau mengutip kata-kata dari Moh Hatta "Mahasiswa itu adalah hati dan pikirannya masyarakat". Dan pendapat ini sampai sekarang masih sesuai.
Hari rabu (30/3/2022) kita melanjutkan perjalanan ke Bandung, dari desa Penanggapan sekitar 3 jam sudah akan sampai di kota. Tapi sebelum pergi, Pak Rt mengajak kita untuk menyusuri Sagara (danau) Malahayu menggunakan perahunya. Sungguh suatu pemandangan yang sangat indah, melihat air danau yang jernih dan bersih, seperti sebuah kolam yang berukuran besar, di batasi oleh dinding-dinding bukit hijau. Dan sesekali dari permukaan terlihat ikan berenang di bawah perahu. Suasana danau ini mirip sekali seperti di Maninjau, Sumatera Barat. Sungguh daerah-daerah di Indonesia mempunyai banyak sekali tempat yang sangat indah, baik secara alamnya dan juga manusianya. Sangat mudah sekali mengaku cinta akan tanah air, tapi tanpa mengenal keindahan alam dan beragam manusianya, cinta itu tidak akan tumbuh sehat. Cinta yang sehat adalah cinta yang tahu akan objek yang dicintainya, dan itu bisa diwujudkan dengan mengenal lebih dalam lagi tentang alam dan manusianya. Itulah sebabnya mengapa kita berpetualang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H