Bukan hanya Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) punya Pulau Kelor. Mabar (Manggarai Barat-NTT) juga punya Pulau Kelor.
Dengan waktu tempuh kurang dari lima puluh menit dari Labuan Bajo, kapal yang membawa kami sudah merapat ke perairan Pulau Kelor. Persis, seperti banyak artikel wisata yang menggambarkan keindahan pantai Pulau Kelor, kedatangan kami hanyalah ibarat afirmasi dari sekian banyak testimoni wisatawan yang pernah hadir di Pulau Kelor, Mabar.
Oh ya, liveaboard adalah istilah yang lazim untuk perjalanan wisata yang kami tempuh dengan sehari-hari bermalam di kapal. Di kapal yang kami tempati misalnya, memang disediakan kamar tidur, kamar mandi, serta tempat terbuka di bagian kapal untuk menikmati makan pagi, siang dan malam yang dimasak di kapal dengan bahan-bahan segar oleh dua awak kapal dan kaptennya yang mendampingi kami. Malam hari, biasanya kapal menepi di perairan yang agak tenang dan dekat dengan pulau tertentu. Kapal-kapal wisatawan yang menepi untuk bermalam biasanya berkelompok dengan kapal lainnya seperti halnya parkir bersama, sehingga kerap para wisatawan dan awak kapal dapat bertegursapa dengan wisatawan dan awak kapal lainnya.
Kapal juga sudah dilengkapi dengan solar panel sehingga pada malam hari ketika listrik mulai diaktifkan, kami dapat melakukan pengisian baterai beberapa perangkat elektronik termasuk smartphone dan kamera.
Sekitar satu setengah jam tak terasa sudah kami menikmati wisata Pulau Kelor, makan siang pun sudah siap menanti di kapal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H