Kita bagai kelana menyusur cakrawala menuju langit suarga
Diantar nyanyi enau dan hawa segar pulau yang indah di bibir samudra
kehidupan yang penuh hasrat dan semangat. Ooo...
Angin iman membawa balada syair indah untuk meluhurkan Tuhan
Ke dinding bukit-bukit namaNya diserukan oleh alam dan manusia
dengan hati yang tulus ikhlas dan gembira. Ooo...
Cukup banyak saya membaca tentang katedral indah di Pontianak itu, tapi yang paling berkesan tentu saja adalah sebagai pengelana dan umat yang berkesempatan mampir membawa diri hadir langsung di katedral itu untuk meluhurkan Tuhan.
Kesan pertama yang sangat menggugah jiwa pengelana saya, bukan tanpa arti rasanya kalau dibuai lagu pembuka yang begitu indah ketika pertama kalinya mengikuti misa petang di hari Minggu pertengahan September lalu (11/09/2016). “Kelana”, itulah lagu pembuka misa petang pukul 16.30 WIB di Katedral Santo Yoseph Pontianak saat itu.
Rasanya begitu lama saya sudah kehilangan lagu indah berirama keroncong dari kumpulan lagu di Madah Bakti itu sampai begitu menyentuh ketika mendengarnya kembali ketika pertama hadir di katedral Pontianak.
Betul bagi siapapun yang menulis bahwa katedral ini begitu indah dan megah sekaligus begitu besar dan ikoniknya di pusat kota Pontianak. Pontianak sendiri adalah salah satu kota dari tiga kota di Kalimantan yang masuk dalam kategori 10 kota paling toleran di Indonesia versi Setara Institute tahun 2015.
Persis sehari sebelumnya (10/09/2016) saya berada di Singkawang menyaksikan dan mengagumi wujud Masjid Raya Singkawang yang indah dan megah dan pada Minggu petang itu saya dapat beribadah di katedral yang indah dan megah di Pontianak.