Suarni dan Firmansyah dari Balai Penelitian Tanaman Serealia pernah menulis bahwa sorgum merupakan tanaman sereal pangan ketiga setelah padi dan jagung di Indonesia. Namun penggunaannya sebagai bahan pangan menurun tajam setelah ketersediaan beras secara relatif mencukupi dan harganya murah.
Sekarang, walaupun potensi sorgum di Indonesia cukup besar sorgum malah dipandang sebagai inferior food, kalah gengsi dengan beras.
Kalau tidak berkunjung ke Larantuka, Flores Timur, pertengahan September lalu, mungkin sampai hari ini saya tidak akan mengenal lebih jauh kelezatan dan khasiat sorgum. Popularitas sorgum justru sekadar saya kenal melalui pemberitaan yang diangkat sewaktu Pak Dahlan Iskan masih menjadi Menteri BUMN dulu.
Di Larantuka, saya sempat mampir makan siang di Duta Karunia Cafe dan kebetulan tersedia sorgum yang sudah dikemas dengan baik untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Lumayan untuk mencoba sorgum pertama kalinya.
![Sorgum, produk Duta Karunia, Larantuka - dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/14/20171008-131032-59e1a126147f9633773b82c4.jpg?t=o&v=770)
Sorgum adalah pangan sereal bernutrisi tinggi yang dapat membantu mengontrol gula darah dalam tubuh, mengandung magnesium yang berguna untuk kesehatan tulang dan lapisan katulnya mengandung antioksidan. Kandungan seratnya juga relatif tinggi sehingga baik untuk saluran pencernaan.
![Dikutip dari karya tulis Suarni dan Firmansyah, Balai Penelitian Tanaman Serealia](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/14/20171008-133109-59e1a17b0f6145629a649632.jpg?t=o&v=770)
![Sorgum siap disantap dengan lauk ikan ekor kuning -dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/14/20171008-125054-59e1a301636fd8116d633682.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI