Jadi ceritanya gara-gara transit yang cukup membosankan diChangi (karena terlalu lama), jadi tahu kalau Kolombo, Sri Lanka adalah tujuan transit yang cukup ramai bagi mereka yang akan melakukan Umrah. Umumnya mereka mengambil rute Singapura – Kolombo dan dari Kolombo baru ke Saudi Arabia. Maskapai kategori low cost lumayan banyak berseliweran. Gara-gara transit yang membosankan itu juga maka jadi tahu kalau Sri Lanka sendiri merupakan destinasi wisata yang cukup menarik untuk di eksplorasi. Sayangnya memang baru masuk ke rencana saja.
[caption id="attachment_359273" align="aligncenter" width="360" caption="dokpri - arrival card, Sri Lanka"][/caption]
Tapi kesempatan mampir ke Kolombo, Sri Lanka walaupun cuma transit beberapa jam sebelum ke Dubai lumayan memberikan pengalaman berharga juga. Selain rute Jakarta – Kolombo dengan menggunakan maskapai low cost milik pemerintah Sri Lanka memang memberikan alternatif biaya yang lebih murah dibanding full service airline ketika sedang peak season, pesawat airbus A321 yang digunakan untuk rute Jakarta – Kolombo hampir 5 jam penerbangan itu juga ternyata cukup nyaman kok. Hidangan yang disajikan selama penerbangan juga tidak begitu jauh dari selera cita rasa masyarakat Indonesia pada umumnya. Dan tentu saja ternyata cukup banyak sudah masyarakat Indonesia yang mengambil alternatif rute Jakarta – Kolombo – Dubai/Timur Tengah dengan maskapai low cost.
[caption id="attachment_359274" align="aligncenter" width="540" caption="dokpri - Bandaranaike International Airport"]
Pemerintah Sri Lanka sendiri sejak tahun 2012 telah menerapkan Electronic Travel Authorization (ETA) untuk turis atau pebisnis dari mancanegara yang hendak berkunjung ke Sri Lanka. ETA ini adalah semacam otorisasi resmi dari Pemerintah Sri Lanka untuk jenis kunjungan singkat ke Sri Lanka yang diterbitkan secara elektronik.
Dengan ETA tersebut, maka pemegang ETA akan menerima 30 hari visa kunjungan singkat pada saat tiba di bandara (diberikan pada saat kedatangan). Untuk pemegang paspor Indonesia biayanya adalah USD 30, namun yang istimewa adalah untuk penumpang pesawat dari mancanegara yang transit di Kolombo, ada yang disebut dengan Transit Visa berlaku gratis untuk 2 hari. Dengan transit visa inilah rombongan kami saat itu keluar dari Bandaranaike International Airport Sri Lanka untuk beristirahat beberapa jam di sebuah hotel di kawasan Negombo.
[caption id="attachment_359275" align="aligncenter" width="540" caption="dokpri - hotel di kawasan Negombo, Sri Lanka"]
Sayang sekali memang keberangkatan dari Jakarta agak terlambat sehingga kami tidak sempat menikmati pemandangan pantai dan matahari terbenam di kawasan Negombo yang memang dekat dengan pantai tersebut karena sudah terlanjur malam ketika tiba di Sri Lanka. Makan malam di hotel dan melepas lelah beberapa saat memang sangat melegakan sebelum melanjutkan perjalanan ke Dubai dengan maskapai yang berbeda.
[caption id="attachment_359276" align="aligncenter" width="540" caption="dokpri - Bandaranaike International Airport, hampir pukul 01.00 dini hari, sangat ramai"]
Ada satu hal lagi yang cukup baik menurut saya untuk hal penanganan bagasi.Walaupun maskapai penerbanganyang kami gunakan selanjutnya berbeda, kami sama sekali tidak membuang waktu untuk memindahkan bagasi, karena semua sudah diuruskan oleh pihak maskapai Sri Lanka ini. Jadi pada saat kami keluar dari Bandaranaike Airport, cukup membawa koper kecil seperlunya untuk keperluan transit beberapa jam.
Satu hal lagi yang membuat tercengang adalah kecepatan penanganan bagasi dari maskapai Sri Lanka ini ketika kami berada di rute sebaliknya (Kolombo – Jakarta). Pada saat itu maskapai low cost Dubai berangkat cukup terlambat dari Dubai menuju Kolombo, dan sudah dinyatakan dengan tegas bahwa maskapai Dubai tidak bertanggungjawab atas penanganan bagasi di Kolombo akibat keterlambatan tersebut karena maskapai yang membawa kami dari Kolombo ke Jakarta sudah berbeda.
Pada saat itu pesawat dari Dubai mendarat di Bandaranaike sekitar pukul 6.15 pagi waktu Kolombo, dengan terbirit-birit semua penumpang yang hendak melanjutkan penerbangan ke Jakarta melapor ke bagian transfer dengan harap-harap cemas semoga bagasi dapat dipindahkan sesegera mungkin karena kalau tidak salah pukul 7.30 pagi sudah harus boarding. Semua akhirnya merasa lega, karena pihak Sri Lanka ternyata “mungkin” sudah biasa menghadapi keterlambatan dari Dubai seperti itu, sehingga urusan transfer bagasi pun sudah diuruskan langsung oleh maskapai Sri Lanka tersebut.
Terus terang yang seperti ini baru pertama kali itu pengalaman saya melihat bagaimana efisien dan efektifnya penanganan transfer bagasi antarmaskapai yang berbeda. Baru di Bandaranaike International Airport Sri Lanka, saya mengalami hal tersebut.
[caption id="attachment_359277" align="aligncenter" width="506" caption="dokpri - International Airport yang sangat sibuk di Sri Lanka bahkan pada dini hari"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H