Nuweiba adalah kota kecil di bagian timur Semenanjung Sinai, Mesir yang berhadapan langsung dengan Teluk Aqaba. Perjalanan dengan bus dari St. Catherine ke Nuweiba memakan waktu hampir 1,5 jam. Perjalanan menuju Nuweiba dari St. Catherine diawali dengan ritual yang sama saat kami masuk ke wilayah Sinai melalui terowongan Ahmed Hamdi dan akan menuju Abu Zenima (menunggu pukul 12.00 siang untuk bus boleh berjalan). Ritual itu adalah ritual keamanan menunggu pukul 09.00 pagi tepat untuk bus baru boleh mulai berjalan meninggalkan pos keamanan di wilayah St. Catherine. Sayang waktu itu aku tidak begitu tertarik mendalami alasan keamanan itu persisnya untuk apa dan mengapa demikian? Tapi dugaanku mungkin ada waktu-waktu khusus bagi pihak keamanan Mesir untuk memastikan keamanan jalur yang akan dilalui wisatawan di Semenanjung Sinai.
[caption id="attachment_320076" align="aligncenter" width="500" caption="Dokumen Pribadi - Area Luar Biara St. Catherine"][/caption]
[caption id="attachment_320077" align="aligncenter" width="500" caption="Dokumen Pribadi - Bagian tembok biara St. Catherine"]
[caption id="attachment_320078" align="aligncenter" width="500" caption="Dokumen Pribadi -Â Camel Path - Biara St. Catherine"]
Aku memang tidak begitu tertarik untuk menggali lebih dalam tentang urusan keamanan ini karena sudah cukup berita yang langsung merebak pada bulan Februari 2014 lalu dan masih kuingat betul hingga saat itu. Setidaknya 4 orang tewas (seorang supir bus dan 3 orang wisatawan) dan 15 lainnya terluka dalam peristiwa ledakan bus wisatawan yang terjadi di Taba yang merupakan wilayah perbatasan langsung dengan Israel. Keluar dari gedung imigrasi Mesir di Taba hanya berjalan kaki beberapa ratus meter kita sudah memasuki wilayah imigrasi Israel.
16 Februari 2014, menurut pemberitaan, bus yang membawa 32 orang wisatawan Korea Selatan tiba di Taba dari wilayah St. Catherine. Bus ketika itu berhenti untuk menurunkan penumpang di tepi jalan dekat Hotel Hilton yang lokasinya tidak jauh dengan gedung imigrasi Taba ketika bom meledak. Bom diduga ditempatkan di bawah kursi supir bus yang sempat parkir di sekitar wilayah Biara St. Catherine malam sebelumnya. Beberapa media Mesir menyebut organisasi Ansar Bayt al-Maqdis yang berbasis di Sinai sebagai pihak yang bertanggung-jawab atas peledakan tersebut. Itulah yang sangat dikhawatirkan oleh pemerintah Mesir saat itu. Serangan tersebut ditakutkan sebagai awal strategi baru serangan teroris dengan target wisatawan dan target ekonomis dari sebelumnya polisi dan tentara Mesir.
[caption id="attachment_320079" align="aligncenter" width="500" caption="touregypt.net"]
30 Juli 2014 adalah hari terakhir kami di Sinai sebelum memasuki Israel. Masalah keamanan perjalanan wisata masih menjadi perhatian utama yang harus dipertimbangkan di Mesir pada umumnya dan Sinai pada khususnya. Tindakan pemerintah Mesir dalam pengaturan rute perjalanan dan banyaknya check-point/pos keamanan baik polisi maupun tentara di sepanjang jalur jalan raya utama di Semenanjung Sinai merupakan cermin dari belum pulihnya situasi keamanan Mesir. Sekitar pukul 10.30 waktu setempat ketika bus kami tiba di suatu rest house di Nuweiba, semakin menguak memori tragedi yang menimpa wisatawan Korea Selatan.
Di rest house ini memang kami dijadwalkan makan siang sebelum tiba di Taba. Makan siang lebih awal untuk mengantisipasi seandainya terjadi lonjakan antrian wisatawan di pintu keluar Taba dan pintu masuk imigrasi Israel. Makan siang ala Korea yang hampir sempurna baik dari menu dan cara penyajiannya termasuk di antaranya sup seaweed (miyeok-guk), kimchi, irisan ikan yang digoreng dengan sedikit garam, serta mangkok sup yang digunakan sangat mengingatkan makan nikmat di Jeju – Korea Selatan. Di beberapa bagian dinding restoran sederhana di rest house ini juga tampak petunjuk dalam bahasa Korea. Namun, pagi menjelang siang itu hanya kami rombongan kecil dari Indonesia dan disusul rombongan lebih besar asal Indonesia yang tiba di rest house beberapa waktu di belakang kami yang berada di restoran tersebut. Tidak ada satu pun wisatawan asal Korea Selatan. Sayang sekali karena masih terlalu kenyang makan pagi di bus sekitar pukul 09.00 dan karena memori tragedi Februari 2014 tidak membuatku terlalu bernafsu menghabiskan makan siang.
[caption id="attachment_320080" align="aligncenter" width="500" caption="Dokumen Pribadi - Rest House ala Korea di Nuweiba, Mesir"]
Hampir satu jam perjalanan dari Nuweiba ke Taba ketika kami kembali diperingatkan agar tidak mengambil foto dan tidak mengaktifkan kamera serta handycam di setiap check-point pos polisi/tentara dan perbatasan.
Waktu terus berjalan dan tak terasa kami sudah berada dalam antrian keamanan imigrasi Israel. Seorang petugas keamanan Israel berpakaian polo biru laut dan memakai celana panjang berbahan denim coklat, mengenakan topi kain ala turis dan mengenakan sunglass tampak menyandang senapan otomatis. Di depan jalur antrian tampak seorang petugas lainnya dalam pakaian yang lebih formal memeriksa paspor setiap orang yang akan masuk dengan teliti. Tidak jauh dari tempat kami mengantri, sedikit menolehkan kepala ke kanan, terbentang Teluk Aqaba yang indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H