Mohon tunggu...
Andra Fembriarto
Andra Fembriarto Mohon Tunggu... -

Gua Andra Fembriarto. Penikmat hidup. Penggiat kebahagiaan. Pembuat film. Tenggelam dalam musik. Makan layak, hidup layak. Amarana.\r\nAyo kita bagi-bagi cerita yang kita dapat dari berjalan-jalan! Yuk!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penggalan Loro Blonyo 1: Sri dan Sadono - Pancasila

3 Juni 2011   13:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:54 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dengan topik Pancasila di sebuah foodcourt.

: Loro Blonyo adalah sebuah kumpulan cerita mengenai cinta yang dibuat oleh Andra Fembriarto (http://jalanjalanyuk.tumblr.com). Kisah pertama menceritakan tentang Sri dan Sadono, sepasang kenalan baru yang suka membicarakan "Indonesia" di sebuah kota luar negri. Kebetulan suatu hari mereka membahas Pancasila dan bagaimana masing-masing dari mereka memandang 'dasar negara' mereka :

Angin berhembus menerpa jendela yang membuat kaca-kacanya menjadi dingin. Memang cerah di luar tapi terlihat semua orang memakai pakaian tebal, itulah paradoks kota luar negri itu dalam hal cuaca.

Area makan itu penuh sekali karena sedang jam makan siang. Sinar matahari merembas melalui celah-celah di atap membentuk pilar-pilar sinar di tengah area itu. Semua orang dari kantor-kantor sekitar berebut meja. Ada juga yang sampai duduk sambil makan di kursi tunggu. Memang seperti itulah keseharian area makan itu.

Sri membela-belakan membawa Sadono ke situ demi sebuah menu Thailand yang biasanya sudah habis setelah jam makan siang. Sri mengatakan kadang kita harus menerima segala sesuatu yang tidak nyaman hanya untuk suatu kenyamanan kecil. Salah satu paradoks kesukaannya, dalam hal kuliner. Ia pun menceritakan bahwa banyak orang dari luar kota rela datang ke area makan itu hanya untuk mencicipi makanan tersebut.

Sri dan Sadono menunggu hampir 20 menit untuk bisa memesan. Sadono memperhatikan lingkungannya.

Sri tersenyum, "kenapa, Don?"

Sadono pun tersenyum tanpa menjawab.

"Kayak cendol yah?"

"Haha lo baca pikiran gw," jawab Sadono.

"Oh, giliran kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun