Perekonomian nasional akan terkena dampak memburuknya prospek perekonomian global yang diperkirakan akan menjadikan tahun 2024 sebagai tahun yang sulit.
 Tahun ini bukanlah tahun yang mudah untuk dilalui, seperti diakui Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi. Ketegangan geopolitik dan kemungkinan terjadinya resesi di seluruh dunia hanyalah dua dari banyak hambatan yang menghadang. Belum lagi tantangan masa kini lainnya yang masih mendesak dan aktif.
Menurut Hery, meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) cenderung naik, BSI kini tengah menyusun rencana mencari pendanaan murah.
BSI ingin memperbaiki sistem pengelolaan kas untuk menghimpun dana murah. Sistem pengelolaan kas yang digunakan BSI saat ini lebih unggul dibandingkan sebelumnya. Bank perlu mempertimbangkan cara untuk mempromosikan pendanaan berbiaya rendah.
Menurut Hery yang dikutip Senin 1 Januari 2024, "pertama dari sisi tabungan, kemudian ritel dan juga kemampuan digitalisasi harus kuat." Diketahui, pada kuartal III-2023, BSI mampu membukukan laba sebesar Rp4,2 triliun yang mewakili pertumbuhan tahunan sebesar 31,04% (year over year/yoy).
Naiknya laba terdongkrak oleh pertumuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) sebesar 6,91% yoy yang didominasi oleh dana murah.
Dana simpanan berjumlah Rp 262 triliun pada bulan September, dengan tabungan merupakan mayoritas sebesar Rp 115 triliun, diikuti oleh deposito dan giro. Penggeraknya adalah penghematan usaha yang tumbuh 134,41%.
Hal ini menunjukkan bahwa individu SES A (menengah-atas) di BSI mempunyai keinginan yang kuat dan memilih menggunakan sistem perbankan syariah untuk menabung.
Posisi pembiayaan membaik pada saat yang sama. Dengan peningkatan sebesar 15,94% year on year, BSI menyalurkan pembiayaan sebesar Rp231,60 triliun hingga September 2023. Segmen konsumer menyumbang pembiayaan sebesar Rp117,90 triliun, sedangkan segmen korporasi menyumbang Rp54,40 triliun. Jumlahnya untuk segmen mikro, UKM, dan komersial masing-masing sebesar Rp21,50 triliun, Rp18,6 triliun, dan Rp11,9 triliun.
Pendanaan berkelanjutan BSI kini berjumlah Rp 53,6 triliun. Jika dirinci berdasarkan produknya, sektor UMKM menyumbang pendanaan sebesar 43,4 triliun pada segmen ini, disusul pertanian sebesar 4,9 triliun, dan barang ramah lingkungan sebesar 3,3 triliun. Selain itu, Rp600 miliar dibiayai untuk proyek ramah lingkungan, dan Rp1,4 triliun untuk energi terbarukan.
Perseroan berdedikasi untuk mengarahkan pendanaan yang sehat, berjangka panjang, dan berkualitas tinggi. Sejumlah taktik terus dilakukan, seperti mengedepankan pembiayaan yang sehat dan berwawasan jangka panjang, mempercepat prosedur perusahaan, serta disiplin dalam memeriksa kualitas pembiayaan.