Setiap aku menulis renunganku dalam cangkir kopi dan tembakau, satu halaman hilang.
Maut menabungku...
burung Nazar menukik almanakku, pecahlah rabuku,                                                            mengalirlah duapuluh limaku, jumat-lima lagi mengalir.
Bunuh diri pelan-pelan...
Meski alifbataku tidak sebatas Allah,
aku mengaku ketekunan terobsesi menjadi kronis,
ditambah konsistensi yang sakit...
oleh itu tolong curi, curi parasetamol dari dapur marmer presidenku,
tuang dalam gelas kayu Marhaenku. Dan...
ahh engkau terlambat,
patung gorila menemani mayatku bermandi keringat dalam mobil jenazah dijalan sudirman...
kekerasan, hedonisme berlebihan, mistik dan materealistik malumalu mengiringi upacara pemakamanku....
aku mati menunggu, menunggu kunci pintu itu,
kafka tersenyum, "aku benar" katanya.
13 Agustus 2010.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H