Cerita ini adalah kisah nyata yang saya alami sendiri beberapa waktu yang lalu dan mudah mudahan cerita ini dapat memberi hikmah bagi semua yang membacanya. Tepatnya di bulan Oktober 2011 saya dan istri sedang menunggu kelahiran bayi kami yang pertama. Perasaan tegang dan deg-degan menyelimuti suasana hati kami berdua karna bayi yang ditunggu tunggu tidak kunjung datang.
Akhirnya tepat tanggal 25 Oktober 2011 lahirlah putra pertama kami dalam kondisi sehat walafiat dan ibunya pun sehat. Senang bercampur tangis haru menghiasi perasaan kami. Setelah lahiran, ibu dan anak kami belum diperbolehkan untuk pulang terlebih dulu selama dua hari mengingat proses kelahirannya Cesar dan istri saya belum pulih kondisinya.
Sesaat setelah lahiran saya diminta untuk mengubur ari ari anak kami dirumah. Begitu menerima ari ari yang masih bercampur darah, saya langsung pamit ke istri untuk pulang dulu mengubur ari ari dan mengambil pakaian bersih.
Saya semangat sekali dan begitu bahagia waktu itu sehingga saya tidak ingin berlama lama di rumah. Saya jalankan mobil dengan kecepatan tinggi berharap bisa segera kembali ke Rumah Sakit mendampingi istri dan anak saya.
Sekembalinya saya dari rumah lalu menuju RS, jalanan di lampu merah perempatan Mall Metropolitan macet sekali. Begitu giliran saya tiba untuk melewati lampu yang sedang hijau ternyata di depan saya ada angkot yang sengaja “ngetem” tepat di tengah lampu merah dan menghalangi jalan semua mobil yang dibelakangnya. Saya langsung tidak sabar dan mengklakson angkot tersebut berkali kali untuk minggir karna saya kwatir akan terkena lampu merah lagi.
Setelah saya berhasil melewati angkot tersebut, saya membuka jendela mobil dan memarahi serta membentak pengemudi angkot dengan nada keras dan kasar. Saya katakan kepada dia, “Woi…emang ini jalan nenek moyang elo!!!!”
Dengan kesal saya memacu mobil lagi menuju Rumah Sakit. Setibanya di pintu parkir Rumah Sakit, saya harus membuka jendela untuk mengambil tiket parkir. Tapi apa yang terjadi ? Dari jendela mobil saya tiba tiba muncul suara keras “Blakkkk” dan kaca mobil saya tiba tiba tidak bisa ditutup lagi. Padahal sebelumnya tidak pernah ada masalah dengan jendela mobil.
Saya terpaksa keluar lagi dari RS dan mencari bengkel terdekat karena mobil tidak mungkin diparkir dalam keadaan jendela terbuka. Ternyata saat itu tidak ada bengkel jendela yang buka sehingga saya masuk saja ke bengkel umum. Awalnya merek bilang sanggup memperbaiki, tapi ternyata tidak bisa dan malah menggores kaca film mobil. Terpaksa hanya diakalin supaya jendela bisa tetap tertutup dan saya harus tetap membayar jasa mereka walaupun tidak tuntas. Dua hari kemudian saya baru sempat memperbaiki jendela dan membayar cukup mahal karena harus mengganti motornya dan memperbaiki kaca filmnya juga.
Sahabat komunikatif, terlepas dari apakah peristiwa rusaknya jendela mobil saya ada kaitannya atau tidak dengan energi negatif yang saya lakukan dengan supir angkot diatas, hanya Tuhan yang tahu. Yang awalnya saya berusaha ngebut dan ingin cepet sampai, tapi Tuhan berkata lain dan saya justru terlambat kembali ke rumah sakit. Saya tidak mempertimbangkan perbuatan saya dan bisa jadi supir angkot tua yang saya bentak tadi juga sedang mengalami banyak masalah. Tapi saya coba jadikan peristiwa ini sebagai introspeksi diri dan mengevaluasi segala tindakan buruk yang mungkin saya lakukan.
Saya percaya di dunia ini ada bermacam macam hukum yang berlaku di alam. Kita mungkin mengenal hukum gravitasi dimana hukum ini mengikat siapapun dan apapun yang ada di bumi ini tanpa terkecuali. Selain hukum gravitasi, di dunia ini juga ada Hukum Kekekalan Energi. Mungkin anda masih ingat pelajaran di SD tentang hukum ini.
Hukum Kekekalan Energi (HKE) yang orang awam biasanya menyebutnya sebagai hukum tabur tuai atau hukum law of atraction ini mengatakan bahwa energi di dunia ini bersifat tetap dan tidak akan diciptakan lagi dan tidak akan pernah hilang, yang ada hanyalah berubah bentuk.
Implikasinya adalah apa yang kita upayakan / usahakan di dunia ini nilainya akan sama dengan apa yang kita dapatkan / peroleh di dunia. Hukum ini mengikat siapapun di dunia tanpa memandang suku, agama, ras dan jenis kelamin. Hukum ini juga berbeda dengan hukum sebab akibat, dimana dalam hukum ini apapun nilai energi positif yang kita lakukan untuk orang tersebut belum tentu mendapat balasan energi positif kembali dari orang tersebut. Menurut hukum ini kita bisa mendapat balasan dari siapapun dalam bentuk apapun yang nilainya sama.
Peristiwa diatas mengingatkan saya kembali agar selalu berupaya melakukan epos (energi positif) dimanapun, kapanpun dan berapapun nilainya karena apa yang kita upayakan sekecil apapun akan selalu mendapat balasan di dunia ini (dalam hal ini saya tidak membahas dan mengkaitkan nya dengan pahala yang nilainya bisa berkali kali lipat).
Begitu juga dengan eneg (energi negatif) dimana menurut hukum ini perbuatan atau energi negatif apapun yang saya lakukan juga akan kembali kepada saya dalam bentuk apapun, kapanpun dengan nilai yang sama dan saya percaya akan hal itu.
Jadi, mudah mudahan peristiwa yang saya alami diatas bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua agar selalu menebar epos walaupun sekecil apapun karena walaupun manusia tidak melihat perbuatan baik yang kita lakukan, ingatlah Tuhan tidak pernah tidur.
Ingin mendapat artikel motivasi dan pengembangan diri? Kunjungi www.andradonatta.com
Salam komunikatif,
Andra Donatta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H