Aku duduk sendiri di tepi pantai. Hembusan angin malam menyapu rambutku yang tergerai, mencampurkan haru dan kesepian di dalam dadaku. Di antara gemerlap bintang dan ombak yang menggulung tenang, kenangan tentang dia terasa begitu nyata.
Cinta kami seperti sinar matahari yang hangat, menerangi setiap sudut kehidupan kami. Namun, nasib memutar haluan ketika dia harus pergi, mengejar mimpi yang jauh dari sini. Kata-kata perpisahan kami mulai terdengar di telingaku, bergetar seiring angin malam yang menusuk tulang.
  Kami adalah sepasang kekasih yang dipisahkan oleh jarak dan waktu.   Setiap hari, aku menunggu kabar dari dia. Pesan-pesan singkat dan panggilan video menjadi penghubung antara kami di lautan yang memisahkan. Namun, semakin lama jarak itu terasa semakin luas, menyulitkan untuk mempertahankan koneksi yang pernah begitu kuat. Dan waktu berlalu tanpa ampun. Aku merindukan kehadirannya yang hangat, pelukan yang menenangkan, dan senyumnya yang menghiasi hari-hariku. Tetapi, aku merasa jarak antara kita semakin memisahkan hati kita. Rasa takut akan kehilangan menghantui pikiranku, seperti bayangan yang tak pernah pergi.
   Pada suatu malam, pesan singkat dari dia membuat hatiku berdebar-debar. Aku membuka ponselku dengan penuh harapan. Namun, yang kudapati adalah kata-kata yang menghancurkan hatiku, "Maafkan aku, aku harus melanjutkan hidupku tanpamu.". Air mata mengalir deras di pipiku saat aku membaca dari kata-kata itu. Bagaimana mungkin cinta yang begitu dalam bisa berakhir begitu cepat? Hati ini hancur berkeping-keping, terombang-ambing dalam gelombang rasa sakit dan kekosongan.
   Di tepi pantai ini, aku merenungkan semua kenangan indah yang pernah kita bagikan. Aku menulis surat-surat yang tak pernah kudapat jawabannya, menceritakan betapa aku merindukannya di setiap detik yang berlalu. Namun, laut hanya menggulung dan menghanyutkan kata-kataku ke dalam gelombangnya, menjauhkan perasaan yang tak terucapkan.
  Sekarang, aku duduk sendiri di tepi pantai ini. Menatap horizon yang tak berujung, aku merenungkan cinta yang rumit dan takdir yang memisahkan. Meskipun hatiku hancur, aku tahu suatu hari aku akan bisa melangkah maju, meski rasa sakit ini takkan pernah hilang sepenuhnya. Aku belajar untuk menerima bahwa cinta kita mungkin hanya bagian dari perjalanan ini. Mungkin takdir menginginkan kita belajar tentang kekuatan dalam perpisahan, dan tentang bagaimana kita bisa tumbuh lebih kuat meskipun hati kita pernah hancur.
  Dengan langkah perlahan, aku meninggalkan pantai ini dengan harapan yang masih tersisa di dalam diriku. Aku melangkah menjauh dari kenangan pahit ini, menuju cahaya yang masih tersisa di ujung jalan yang berliku ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H