Florence Sihombing dan Jonru adalah sosok fenomenal dari apa yang disebut Viral Marketing. Viral marketing ini termasuk ilmu yang relatif baru. Mari kita lihat definisi viral marketing. Wikipedia menjelaskan bahwa viral marketing, iklan viral, atau marketing buzz istilah-istilah yang mengacu pada teknik pemasaran yang menggunakan layanan jaringan sosial maupun teknologi lain yang sudah ada untuk mencoba untuk menghasilkan peningkatan kesadaran merek (brand awareness) atau untuk mencapai tujuan pemasaran lainnya (seperti penjualan produk) melalui replikasi diri proses viral, analog dengan penyebaran viral atau virus komputer. Hal ini dapat dilakukan dari mulut ke mulut (Word of Mouth) atau ditingkatkan oleh efek jaringan internet dan jaringan seluler.
Lebih lanjut, Wikipedia juga menjelaskan tujuan utama marketer melakukan viral marketing, yaitu untuk menciptakan pesan viral yang menarik bagi individu dengan potensi jaringan sosial tinggi (Social Networking Potential: SNP) dan yang memiliki probabilitas tinggi yang disajikan dan disebarkan oleh orang-orang dan pesaing mereka dalam komunikasi mereka dengan orang lain dalam waktu singkat.
Coba kita analisis tulisan Fandi Sido berjudul "Kasus 'Florence': Mengapa Yogya Beda dengan Kota Lain", yang ketika tulisan ini dibuat, sudah dibaca sebanyak 13538 orang (semoga bukan jin)...! Apakah mungkin Fandi, orang yang oleh seorang penulis buta dikatakan brilian dengan pujian "Ketika Fandi mengupil pun, apa yang keluar dari hidung berbentuk tulisan..." bisa membuat tulisan lain dengan jumlah pembaca sebanyak itu dalam satu tahun kemudian? Tidak perlu komentar apabila dia pergi ke pantai Parang Kusumo untuk meminta bantuan anak buah Ratu Kidul membaca tulisan dia. Ini bukan soal klenik Bung... ada-ada saja...
Fandi pintar memanfaatkan momentum. Ketika publikasi kasus "Florence" mencapai puncaknya, Mbah Google tentu akan memunculkan tulisan Fandi di daftar paling atas karena kecepatannya mengupil, eh... menulis. Setidaknya, kalau bukan teratas ya di urutan lima besar. Ilmu untuk menampilkan suatu link sebuah website di urutan atas tanpa menghiraukan momentum itu disebut SEO (Search Engine Optimisation). Ini biasa dilakukan oleh karyawan IT yang menguasai ilmu teknis IT dan... Psikologi.
Jonru memiliki pola yang sama, hanya saja orang ini memiliki ilmu yang lain, yaitu menulis. Jonru membesarkan kepul asap dapurnya melalui menulis kata-kata sarkastik tentang Jokowi, lalu dikeluarkan lagi menjadi bernada lebih indah dan sarkastik. Indah bagi pendukungnya, namun sarkastik bagi pelaknatnya. Intinya, ketika kedua pihak tersulut emosinya untuk membaca tulisan-tulisan Jonru, lalu mereka melakukan tindakan yang begitu diharapkannya, yaitu me-like atau mengklik link tulisannya, apa yang diharapkan Jonru sudah terwujud, popularitas. Apa yang dilakukan Florence bukanlah hal yang terencana, namun apa yang dilakukan Jonru memiliki pola sistematis yang silahkan ditelaah sendiri, terencana atau tidak.
Kedua orang ini ternyata berhasil mengoyak kesadaran para netizen karena mereka menerapkan ilmu marketing di media yang sifatnya pragmatis dan bertujuan jangka pendek, bukan jangka panjang. Apabila diteruskan bisa berbahaya. Prinsip dari pragmatisme ilmu marketing yang saya maksud adalah dogma "Bad news is a good news". Lihat Jonru sang penulis yang membuat Ahmad Sahal, seorang fellow di Ash Center, Harvard Kennedy School, Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika, dalam twit-nya menciptakan kata "Jonruisme" dengan definisi sebagai paham yang gemar tebar fitnah, dan awam tentang Islam tapi belagu. Bola salju yang akan membunuh Jonru semakin membesar, padahal Jonru sudah berhasil selamat ketika "menerjang" Quraish Shihab yang menyebut beliau Beliau Syiah dan sesat diartikel ini. Silahkan baca lebih detail tentang sumbangsih Jonru sebagai inspirator dalam menulis Terima Kasih Jonru, Kaulah Inspirasiku.
Apakah bisa viral marketing bisa bertahan lama? Bisa saja, lihat Om Jokowi. Beliau mengunakan strategi viral marketing hanya sebagai pendukung cara pemasaran belaka. Marketing yang paling baik hanya satu, yaitu niat dan sikap yang baik yang dipublikasikan dan terjaga dalam waktu yang lama.Hal ini juga dilakukan oleh Anies Baswedan dengan komunitas Indonesia Mengajar-nya. Ternyata wujud pengabdian terhadap negara sudah dilakukan sejak lama. Tidak percaya, silahkan tanya Ferizal Ramli, teman seperjuangan Anies yang pernah demo bersama. Saya sendiri sudah bertemu Anies Baswedan dan melakukan sedikit wawancara untuk meninvestigasi isi hati pewaris filosofi Mahapatih Gadjah Mada ini. Pertemuan dengan Anies Baswedan kelak akan diabadikan dalam sebuah tulisan lain.
[caption id="attachment_370475" align="aligncenter" width="390" caption="Anies Baswedan dan Penulis Buta (dok.pri)"][/caption]
Aktivitas viral marketing dalam sebuah perusahaan biasa dilakukan oleh seorang Social Media Manager, tugasnya salah satu adalah membentuk citra perusahaan (brand image) dengan mengelola berita-berita positif yang terencana maupun tidak terencana. Asyiknya posisi ini, ia bisa dilakukan dari mana saja asal memiliki akses internet, gadget (smartphone, tablet, dll) dan atau laptop.
Kedua nama yang disebutkan dalam judul ternyata memiliki etnis yang sama, entah kebetulan atau tidak itu hanya Tuhan yang tahu. Artikel berjudul Alasan Tiada Etnis Batak di Kabinet: Pengacara Hitam, Flo, dan Jonru cukup menjelaskan tentang hal itu.
Masih di kota Gudeg, belum tidur dan mandi. 10 Okt 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H