Mohon tunggu...
A. S. Narendra
A. S. Narendra Mohon Tunggu... Administrasi - Tunggu sebentar, tulisan belum selesai diketik...

Jika kau bukan anak raja dan bukan anak Ulama besar, maka menulislah. --Imam Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

4 Pilar MPR RI dan Tantangan Berat Mewujudkan Jati Diri Bangsa Indonesia

19 Mei 2018   11:30 Diperbarui: 19 Mei 2018   11:41 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi malam sebelum tidur, terbayang di benak saya tentang anak-anak yang menjadi korban bom di gereja, khususnya dari pihak pelaku. Seandainya bisa bertemu, ada yang ingin saya tanyakan kepada mereka, yaitu tentang cita-cita mereka. 

Bayangan itu segera saja sirna ketika membayangkan apa yang terjadi pada mereka. Jangan-jangan itu memang cita-cita mereka. Mati membela apa yang mereka yakini, yaitu sebagai korban (yang mereka pikir) membela agama.

Perih hati saya membayangkan kematian anak-anak tersebut. Dulu, cerita emak, di usia mereka, sebelum tidur saya selalu bersikeras mendengarkan lagu wajib yang diputar di televisi setiap pukul 19.30 WIB, yaitu lagu "Garuda Pancasila". 

Kelak lagu tersebut menjadi lagu pamungkas ketika diminta guru SD untuk menyanyikan lagu wajib di depan kelas. Lagu wajib lainnya buat saya tentu saja lagu "Maju Tak Gentar", setidaknya berani maju tak gentar menyanyikan lagu wajib di depan kelas dengan nada ala kadarnya. Menyanyi, dari dulu hingga sekarang tetap jadi aib buat saya.

Ilustrasi tersebut barangkali tidak pas untuk mengambarkan masa lalu dan masa kini anak-anak, karena kenyataannya dulu hanya ada satu saluran televisi, sedangkan sekarang banyak pilihan. Selain itu, dulu lagu yang selalu diputar di prime time televisi adalah "Garuda Pancasila". Sekarang, selain jingle iklan, lagu yang paling sering diputar di prime time adalah lagu mars partai. Saya tidak heran kalau anak balita seorang ibu yang bekerja di MPR hafal diluar kepala lagu tersebut. Duh, suram nian hidup kalian sekarang nak...

***

Kamis (10/05) yang lalu rekan-rekan blogger di Bali kedatangan tamu. Bukan tamu sembarangan, tapi tamu kehormatan dari salah satu lembaga negara yang salah satu tugasnya mengangkat dan memberhentikan presiden. Tahu dong lembaga apa itu? Betul. MPR RI.

Pada mulanya saya kurang tertarik dengan info yang saya dapatkan perihal kedatangan tamu kehormatan tersebut, apalagi menjelang pilgub dan pilpres. Oh, tidak.., tidak... Cukuplah saya melihat raut wajah para politisi di layar kaca. 

Janji-janji manis dan kalimat-kalimat retoris yang mereka sampaikan takkan membuat saya lebih pintar, malah mengurangi keceriaan indahnya hidup di Bali. Bagi saya, semua isi kepala politisi sama saja, entah DPR atau MPR.

Dugaan saya keliru. Ternyata tim pembicara dari MPR bukanlah politisi yang berasal dari partai tertentu dan tidak ada kaitannya dengan pilgub dan pilpres. 

Mereka yang hadir ada 4 orang, yaitu Sekretaris Jendral, Ma'ruf Cahyono, Kepala Biro Humas Sesjen, Siti Fauziah, Kepala Bagian Pengolah Data dan Sistem Informasi (PDSI) Andrianto, dan Kepala Bagian Pengawasan Rharas Estining Palupi. Salah seorang diantara mereka bahkan sudah berkarir di MPR kurang lebih 25 tahun. Jadi, kalau bukan terkait dengan pilgub dan pilpres, kira-kira apa yang akan disampaikan oleh tamu kehormatan dari ibukota negara tersebut? Penasaranlah saya karena hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun