Mohon tunggu...
Andra Baharrudin
Andra Baharrudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Menjaga Keharmonisan Bangsa Pasca Pemilu 2024

24 Maret 2024   12:59 Diperbarui: 24 Maret 2024   13:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemilu telah usai dengan hasil akhir berdasarkan quick count pasangan Prabowo-Gibran menjadi pemenang dengan satu kali putaran. Namun, tidak bisa dipungkiri pasca pemilu yang penuh dengan hiruk pikuk saling dukung dari simpatisan masing-masing yang biasanya tejadi sejak sebelum pemilu digelar seringkali “hawa panasnya” masih terbawa setelahnya, bahkan sejak media sosial mulai menjadi bagian dari hidup masyarakat indonesia, tidak jarang pro kontra pemilu malah tetap ada sepanjang pemimpin yang terpilih berkuasa(5 tahun), entah terjadi secara alamiah atau mungkin disetting pihak-pihak yang tidak puas atau belum bisa menerima kekalahan.

Era digital, siber, informasi atau apapun itu istilahnya memang telah merubah sendi-sendi kehidupan masyarakat hingga hal terkecil, sebagai contoh masyarakat indonesia yang terkenal akan keramahtamahannya terhadap orang asing, dimedia sosial justru berbanding terbalik dimana seluruh dunia mengetahui bagaimana “galak”nya masyarakat kita dalam menyerang akun-akun milik para pengguna lain yang dianggap melakukan hal negatif baik didalam maupun luar negeri, yang harus segera disampaikan dan disadari oleh masyarakat kita, dunia digital atau yang lebih dikenal dengan dunia maya ini juga telah menjadi tempat yang dimanfaatkan oleh sebagian orang yang memiliki kepentingan dan agenda tertentu dalam beberapa tahun kebelakang, sebagai sarana adu domba antar sesama anak bangsa hanya karena perbedaan pandangan politik. Kita seperti sedang diarahkan pada pemikiran yang sempit bahwa pemimpin yang terpilih dari hasil pesta demokrasi yang dilaksanakan 5 tahun sekali hanya mewakili golongan tertentu, kita seolah digiring untuk melakukan pemakluman atas cacian dan hinaan dimedia sosial dan media online yang mengatasnamakan kebebasan berekspresi, padahal itu semua jauh dari adat ketimuran sebagaimana kodrat kita yang seharusnya.

Bangsa kita yang memiliki keragaman suku dan budaya sudah semestinya terus menerapkan nilai-nilai toleransi yang menjadi dasar bagi tetap harmonis dan bersatunya bangsa ini dalam satu panji merah putih, media sosial dan media online hanya menjadi sarana semakin mengenalnya kita satu sama lain tanpa adanya sekat berupa jarak bukan malah mengadopsi cara-cara “barat” dalam “menyampaikan pendapat. Siapapun yang resmi memimpin nanti, sudah seharusnya kita “menganggap”nya adalah “milik” bersama, kalau kebijakannya baik dukung sepenuhnya tanpa harus membandingkan apalagi menjatuhkan pihak lain, dan jika kurang kritik seperlunya dengan cara-cara yang sopan tanpa cacian apalagi hinaan yang tidak berhubungan dengan esensi kritik yang dilontarkan. Sudah seharusnya juga kita fokus pada apa yang kita bisa lakukan sebagai individu supaya bangsa ini terus maju, bukan malah mengorbankan kerukunan yang telah terjaga selama puluhan tahun hanya karena ego masing-masing yang terus dikedepankan, saatnya kita saling mengalah dan merendah karena terlalu murah rasanya jika masa depan bangsa ini dikorbankan hanya untuk membahas hal yang sama secara terus-terusan selama 5 tahun masa kepemimpinan. Jika begitu saja juga tidak bisa, mungkin selamanya kita akan menjadi bangsa yang “dijajah” dan dikendalikan kalau dulu dengan senjata hari ini cukup dengan “dunia maya”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun