[caption caption="andra nuryadi"][/caption]
Dibanding musuh bebuyutannya, koleksi piala Champions El Barca baru setengah jumlah perolehan Real Madrid. Musim 2015/16, bisa jadi trofi lambang kejayaan klab Eropa saban tahun itu direbut salah satu dari dua raksasa Spanyol ini. Bisa Barcelona, boleh juga Madrid. Atau sama sekali bukan keduanya.
Awal April, El Barca bakal sibuk berat plus konsentrasi tinggi. Pertama, pada 3 April harus meladeni Real Madrid dalam partai paling bergengsi La Liga BBVA. El Clasico. Kali ini sebagai tuan rumah. Suarez dkk menang 4-0 di kandang Madrid pada laga tandang, 22 November tahun lalu. Kalau mau pulang bawa nama, Madrid bisa mengaduk-aduk Camp Nou pada Minggu itu.
Musim kompetisi sebelumnya, Madrid gagal. Dijebol dua gol dan hanya bisa ceploskan bola sekali. Mungkin tak masalah, sebab Madrid sebelumnya menghajar Barca di kandangnya, 3-1. April ini, sungguh malu jika kembali diacak-acak Messi cs.
Selang, dua hari kemudian (5 April), Camp Nou kedatangan klab senegara, Atletico Madrid untuk adu perdana babak perempat final Liga Champions. Cuma keduanya (Barca-Atletico) yang bersua satu negara. Madrid ditantang kuda hitam Jerman, Wolsburg.
[caption caption="andra nuryadi"]
Tapi sayang, saya datang tidak pada satu di antara dua hari penting El Barca itu. Ah, biarlah. Setidaknya, saya bisa membayangkan bagaimana jika Neymar atau Pique bertemu Ronaldo atau Ramos di lorong. Untuk itu, saya musti membayar 20,7 euro demi membuktikan kebenaran kejayaan dan merasakan aura stadion yang dibangun selama tiga tahun itu (1954-1957).
Dan, Messi adalah bintang, kendati belum jadi penjebol terbanyak Liga Champions musim ini. Ia magnet daya tarik. Tampangnya menghias latar depan Camp Nou di segenap sudut. Begitu melewati entrada (pintu masuk), ia adalah pemain pertama yang fotonya nampang di pasarela de entrada. Menyusul kemudian Neymar. Lorong selebar empat meteran itu menggiring turis masuk ke museu.
[caption caption="andra nuryadi"]
Sejumlah foto cepretan awal abad 20 yang hitam putih menjadi bukti awl sejarah klab Katalunya ini. Misalnya pada 19 Maret 1909 saat pertama kali Barca bermain di Camp del carrer Industria (Stadion jalan Industria). Kala itu sudah lumayan banjir penonton. Tercatat 6.000 pasang mata memadati stadion kuno, beberapa orang bahkan duduk di dinding stadion. Peristiwa historis ini juga memunculkan istilah “Cules”, julukan bagi fans Barca.
Lintas sejarah berlanjut dengan potongan era kedua atau tepatnya pada 1922 – 1957. Sepakbola sebagai industri olahraga mulai terlihat. Ditandai dengan pembangunan stadion berkapasitas 30 ribu kursi. Adalah Santiago Mestres dan Josep Alemany yang ditunjuk memimpin proyek senilai 991.984 pesetas itu. Stadionnya bernama Camp de les Corts. Di era ini Barca memulai masa keemasan. Adalah Samiter, Alcantara, Zamora, Sagi, Piera, hingga Sancho. Mereka ini kira-kira seperti “Messi” di periode 1919 hingga 1929.