Di balik sisip bening mata mengintai, memanjakan angan membuai mimpi. Siapakah gerangan rupa elok menggugah hati? Adakah ia insan biasa, atau peri menjelma penafsir mimpi?
Siur angin membelai rumpun, sisip menyisip gemerisik lembaran, bertabur serpihan putik-putik mahkota pada rantaing-ranting berayun si daun salam. Sampaikanlah pesan sang tuan, jangan biarkan terbawa arus, hanyut dan menghilang.
Dan ucapkan salam.
Senja menyusun kepingan malam, pada rona biru berselimut kemegahan. Memanggil kepak-kepak liar kembali ke peraduan. Heningkan sejenak pikiran membuat resah, dalam buaian mimpi tanpa kelelahan. Kejarlah segala rupa, segala asa, segala rona, segala…
Dan ucapkan salam.
Sama eloknya sapa sang fajar, menyingsing kelambu hitam dalam janji cakrawala kehidupan. Menghela mesra tangan-tangan impian, pada keinginan yang berlainan. Hidup cinta dan sayang yang tiada berbatasan. Tiada guna usaha diri menyekatkan, sebab lahir kehidupan karena kasih. Rahman mengawali, Rahim mengakhiri. Lembut kehangatan menyapa segala awal, reganglah tangan resapilah badan. Lantas seulas keikhlasan menghias sudut bibir.
Dan ucapkan salam.
Aku hitam, aku putih. Aku merah, aku biru. Aku kuning, aku pucat. Aku lentik, aku lurus. Aku ikal, aku gimbal. Aku daun, Aku kain. Aku cepat, aku lambat. Aku…
Dan sambutlah salam.
Â
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT MARAN INI.