Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pucuk

24 Januari 2016   15:56 Diperbarui: 24 Januari 2016   16:34 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pucuk dalam rona nyaris tak berwarna. Pucat. Tiada pilihan yang tersisa, hanya takdir yang tak pernah sirna, tiada pernah kuingkari; mengejar hangatnya selimut mentari. Menempa nur keagungan menjadi siur kesegaran, tiada banyak pilihan yang diberikan. Tapi janji tetap kujalankan.

Aku pucuk rona terlalu bias berlainan, yang sebentar lagi mekar menjadi daun-daun muda. Pasrah diri pada apa yang menimpa.

Aku pucuk yang terpaksa menerima, kata-kata vulgar dan carut-marut keinginan. Yang selalu dicari pada lain konotasi, pemenuh hasrat yang menggeliat. Dalam raga terbaik yang pernah diberikan.

Aku pucuk… yang akan terus mendahului hari. Menyapa mentari. Bermain riang dalam balutan embun tersisa di kaki fajar.

Aku pucuk yang terus kan tumbuh, tiada peduli pada apa yang meracuni tubuh.

Aku… pucuk. Pertanda bagimu… masih ada asa pada kehidupan yang baru.

 

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Jakarta 24 januari 2016.

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun