Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan yang Diludahkan

3 Juli 2014   21:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:37 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14043732081386144177

[caption id="attachment_346121" align="aligncenter" width="503" caption="images: ada-ada-aja-ya.blogspot.com"][/caption]

Melihat berita kepulangan 'pejuang' Korea (baca; timnas) yang mendapatkan sambutan lemparan permen (hinaan) karena masyarakat kecewa pejuang mereka kalah di kancah world cup, bahkan bukan hanya sekali-dua saja. Sehingga para pejuang yang seharusnya dielu-elukan itu bertunduk muka.

Ini sedikit membuat saya merinding.

Kenapa?
Ini alasannya; Sejatinya, para pejuang itu (entah itu atlet, ilmuan, atau siapa pun yang bertujuan mengharumkan nama bangsa di mata dunia) adalah para Pahlawan. Dan itu artinya; mereka berhak menerima pujian dan sanjungan (meski kalah dalam hal tersebut, harus diingat; kalah di sini bukan berkonotasi pada sesuatu yang buruk) bukan sebaliknya, malah dilempari, meski hanya dengan sebutir permen, konon pula yang banyak (seperti dalam tayangan berita tersebut). lain halnya jika mereka 'dilempari' kelopak bunga, sebagaimana seharusnya menyambut kedatangan para pejuang.

Kemudian saya jadi berpikiran; Ini sama saja masyarakat Korea menuntut lebih pada pejuang mereka;
Pahlawan itu harus menang, tidak boleh tidak!
Pahlawan itu adalah kejayaan!
Pahlawan itu harus mendatangkan kemeriahan, yang akhirnya berujung pada mewahnya pesta pora.

Waoow... jikalau memanglah demikian betapa piciknya mereka, betapa rendahnya pengertian seorang pahlawan bagi mereka, betapa dangkalnya pemikiran mereka.

Mari kita lihat masyarakat Korea itu sendiri dari kaca mata media selama ini (masih ingatkan demam Korea-Koreaan?) juga sejumlah keterangan dari beberapa teman yang pernah singgah di negara tersebut;
Modern, Penyuka kemewahan, pesta, fashion, operasi wajah.

Bagi saya pribadi, 4 poin pertama mungkin masih masuk akal, namun poin terakhir (operasi wajah) sangat-sangat membuat miris.

Sejatinya; wajah dan bentuk tubuh adalah pemberian Tuhan.
Lantas... kenapa ingin mengubah apa yang Tuhan tetapkan?
Bukankah ini suatu pembangkangan terhadap Tuhan?
Lain halnya jika itu masalah medis (kesehatan) atau juga karena suatu peristiwa yang mengharuskan wajah/tubuh dioperasi (kecelakaan misalnya).
Saya rasa semua agama pun akan menghalalkannya bila memang itu pilihan terakhir.
Sudah menjadi rahasia umum jika masyarakat Korea pecinta operasi wajah, bahkan cenderung maniak.

Jadi... menyadari padahal itu, akhirnya saya hanya bisa tersenyum. Untuk orang-orang yang hidup dalam kepalsuan (bukan wajah asli) tentu wajar bila bersikap demikian pada pejuang mereka. Sebab, bila nanti mereka dituntut itu masalah gampang, bersembunyi aja dulu barang sebentar, terus operasi lagi tuh wajah, gak akan ada lagi yang akan mengenali. Lalu keluar dengan wajah tanpa dosa.
Ini sama saja dengan pepatah kita; Lempar batu sembunyi tangan.

Saya justru semakin merinding ketakutan, mengingat banyaknya masyarakat Indonesia yang begitu mencintai apa-apa yang berasal dari Korea (jangan munafik deh... berapa persen dari saudara yang tidak ketularan virus Korea-koreaan? mulai dari pakaian, lagu, tarian, potongan rambut, bahkan tingkah laku)
Apa yang saya takutkan adalah; jika masyarakat kita juga ikut tertular sikap yang TIDAK MENGHARGAI JASA PARA PAHLAWAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun