Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lumrahnya Dunia

16 Desember 2015   15:19 Diperbarui: 16 Desember 2015   15:19 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, pada masa yang lampau. Ibunda pernah bercerita pada anak-anak yang akan pergi merantau. Yang ia tahu pasti akan membuat hatinya risau. Pada keselamatan sang anak yang membuat resah dan galau.

Ibu berkata…

“Nak, inilah dunia. Megahnya hanya sementara, selalu tersembunyi luka, pada dirimu pada dia pada mereka, pada kita.”

“Nak, kepala boleh sama hitam. Tapi isinya sungguh pasti berbeda-beda.”

“Baik kata kita, belum tentu baik kata mereka. Buruk kau ucapkan, belum tentu buruk kata mereka.”

“Apa pun yang kamu dia dan mereka lakukan, pastilah ada cela di setiap mata yang melihat.”

“Sebaik-baiknya kita, pasti ada saja salahnya di mata orang. Pun, sebaliknya. Sebaik-baiknya orang, pastilah ada cela di matamu, Nak.”

“Nak, terlalu membenci akan menjadikan apa pun yang orang lakukan tetap saja sesuatu yang salah di matamu, Nak. Selalu saja ada kesalahan, kendati apa yang orang lakukan mungkin saja benar.”

“Terlalu mencintai pula berakibat tidak baik, Nak. Tidak baik. Sedikit saja kecewa itu menghampiri hatimu, dirimu, kau akan tenggelam bersamanya, Nak. Rasa kecewa akan memaksamu terhenyak, maka kebusukan akan mengambang menutupi akal pikiran.”

“Inilah lumrahnya dunia, Nak. Tiada gading yang tak retak, sebab tungau di seberang lautan selalu saja jelas terlihat sedang gajah di pelupuk mata terabaikan.”

“Nak… bumi mana yang tak akan basah bila hujan turun mencurah? Bumi mana yang tidak akan gelap meski sekejap saja? Bagian tubuh mana yang tidak merasakan sakit bila satu bagian saja terluka?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun