Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Lumpuh

24 Maret 2015   17:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:06 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14271911151586914813

[caption id="attachment_405083" align="aligncenter" width="600" caption="keadilan yang merata?"][/caption]

Lumpuh

Nanar menatap tak mampu melihat. Perih mata urat-urat memerah. Kosong. Hampa. Meski dibasuh zam-zam berulang-ulang. Tiada yang terlihat, tiada yang tampak. Seperti ikan asin. Bukan! Ikan kering! Mata terbuka tak satu jua cahaya menghinggapi.

Cakar berkarat digerogoti canggu. Kaki berpijak dalam kubangan. Bukan lumpur kecoklatan, tapi dosa menghitam. Legam. Tersiram air merona merah. Darah.

Taring-taring menguning berlumut kotoran. Tebal. Menjijikan. Hanya mengaum pada kucing-kucing kurus. Kecil. Jelata. Menengadah sedikit, ciut menunduk. Sembunyikan… sembunyikan kepala. Bukan! Sembunyikan muka. Wajah. Dagelan topeng monyet. Beruk. Kera. Primata lebih baik.

Bertunduklah… menunduklah… merunduklah. Seperti kucing melihat lidi. Bukan! Rotan!

Tak mampu bergerak, kaki terpasung. Hanya mau menginjak rumput-rumput kering. Biarkan yang hijau tumbuh tinggi. Ilalang bermiang. Rebung berduri. Pohon-pohon tinggi, pencakar langit. Bila kurang pondasi, kami ada… injaklah injak lagi.

Kaki-kaki berlumuran legam. Tak mampu melangkah sebab perut begitu begah. Selera tak mau mengalah. Isi terus… isi terus! Kak-kaki berkuku panjang tak sanggup membawa badan sendiri. Tak kuasa menyeret diri. Tak akan mau memisahkan diri.

Kaki-kaki lumpuh di tengah pengasuh.

Menginjak-injak air yang sudah keruh.

Tak peduli canggu menghinggapi hingga melepuh.

Asal masih ada pondasi untuk berteguh.

Masih ada jeritan-jeritan pembasuh.

Koarkan… koarkan segala keinginan hasrat tubuh.

Dan bila nanti kucing kurus rumput kering mereka merusuh.

Siapkan pasukan anggap mereka musuh.

Bunuh… bunuh… dan bunuh!

Seperti sapi biarkan mereka melenguh!

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Jakarta 24 Maret 2015.

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun