Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kudendangkan untukmu

20 April 2016   17:36 Diperbarui: 20 April 2016   19:55 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi; Nelayan Berangkat Melaut - by; http://cdn-2.tstatic.net/pekanbaru/"][/caption]

Mentari di kaki langit merah tembaga, membias rona di kulit samudra. Perlahan turun beringsut pulang, menyisakan mahligai megah jingga di langit petang.

Dengarlah kawan…seruan ombak menepi, siul camar yang satu per satu kembali ke sarang. Pada sapuan membuai sang bayu. Masih ada sisa kehidupan, untukmu untukku untuk kita semua.

Lepaskan ikatan lepaslah buhul, hela sampan serta perahu. Dayunglah kayuhlah, hingga ke tengah lautan anugerah. Siapkan jaring siapkan pukat. Jahitkan apa yang rusak, satukan apa yang terpisah.

Kayuhlah dayunglah, dengan segala keringat usaha bermadah. Lihat langit begitu megah, bertakhta awan laksana sisik-sisik ikan. Lihatlah bulan telah mengintip keheningan, tanpa terang agar hasilmu tiada berkurang.

Lemparkan jaring tautkan pukat, sebungkus tembakau penyela penat. Lintinglah gulunglah, sebagai teman teh yang tak lagi hangat. Lihatlah pada hasil yang ‘kan didapat. Jangan sedih jangan mengumpat, Dzat Yang Agung Mahamelihat pada apa yang engkau tak sempat.

Bila di barat tiada hasil, beralihlah ke timur. Dayungkan lagi sampanmu, kayuhkan lagi perahumu, hingga nanti asamu tertumbuk…di sana syukur dalam sujud bertumpu.

Jangan adukan jangan hiraukan, pada deru yang menggebubu. Akan ayunan kencang di tengah gelombang. Tetapkan tegar tubuh menghadang, sebab kematian hanya teman perjalanan pulang.

Sebentar lagi mentari kembali menyapa. Lihatlah angin tak lagi hendak bermain. Gulunglah pukat simpanlah jaring, kumpulkan satukanlah hasil keringat yang belum kering. Dayunglah sampan kayuhlah perahu menuju tepian, di mana anak-istrimu menunggu dengan segala harap segala doa segala…

Dan hadirkanlah senyum kawan…pada tunduknya kehidupan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun