Dear Cuzzy,
Kutuliskan surat ini setelah rasa sakit begitu menyenangkan menghinggapiku…
Aku, menyayangimu—teramat sayang, hingga bisa kupastikan, kau akan meludahiku karenanya. Tapi kuharap, kau tidak muntah terlebih dahulu sebelum membaca keinginanku ini.
Dear… Cuzzy, yang selalu mengiang dalam ingatan. Seperti denting klasik piano gading dari tarian jemari sang maestro. Atau gesekan bow pada empat senar biola Stradivarius yang melegenda. Memabukkan, pada awal langkah bersama.
Kau berikan tanganmu untukku, tapi belaian menyisip rambut pria lain. Kau berikan tubuhmu untuk kupeluk, namun kehangatan kau balurkan pada tubuh yang lain. Kau suguhkan aku jantungmu, namun detak gairah kau simpan ke lain tangan. Kau berikan aku hatimu, tapi cinta kau sematkan pada lain orang. Kau ikrarkan aku yang terakhir, nyatanya aku tersisip di barisan awal.
Dear… Cuzzy, kuharap kau menikmati saat-saatmu malam ini. Bersama dia, bukan diriku. Sulamlah kenangan indah sebanyak yang kau bisa bersama dia, bukan aku. Rajutlah hangatnya keintiman bersama dia, bukan aku. Dan aku di sini, memastikan detik-detik berlalu pada jam dinding berbingkai hati yang terbelah.
Jangan takut Cuzzy, Sayang. Jangan takut. Nikmati waktumu, sebab aku di sini menunggu mendung menutupi rembulan malam. Dan pastikan kau puas malam ini bersama dia. Dan aku di sini berteman iblis memabukkan.
Dear… Cuzzy, cinta bukanlah segalanya. Sebab tanpa memiliki seutuhnya tubuh, bukanlah cinta. Rasa sakit ini, kupastikan akan terganti. Jangan takut, Cuzzy. Jangan takut.
Aku, bahkan bisa mendengar tawamu dari sini. Tawa bajingan itu. Aku terpaku, otakku tak sanggup kubawa mendengar kalian saling berbisik. Membisikkan lenguhan-lenguhan bertempias keringat, dan aku… meradang dalam diam.
Dear… Cuzzy, saat kau melepas gairah bersama dia, pastikan kalian puas. Bantu aku, pastikan kalian puas. Pada candu rayu, akan geliat tubuh yang basah bulir-bulir keringat. Dan pada saat kalian sama terangah melepas penat, bulan datang terlalu cepat. Bukan menyapaku, tapi kalian.
Dear… Cuzzy, mungkin saat kau membaca surat ini kau akan tertawa. Bersama dia. Menganggapku sinting. Dan aku, tengah mengasah bilah berkilau yang kutempa dengan segala kepedihan membunuh waktu agar cepat berlalu. Jangan takut Cuzzy, Sayang. Aku tak akan lagi menganggu kalian, dan kalian tak akan lagi merasa terganggu. Hehehe…
Dear Cuzzy, surat ini berakhir sebab aku sedang mengawasi kalian membaca penggalan terakhir dari apa yang kuinginkan…
Selamat tidur, S-a-y-a-n-g.
 Â
note: kata yang bercetak tebal, bila diurutkan akan menjadi: "Sayang, denting terakhir jam malam ini, aku... akan membunuh kalian"Â
Â
Â
IKUTI EVENT SURAT-MENYURAT DIÂ SINI
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COMÂ DALAM EVENT SURAT FIKSI YANG DIADAKAN OLEH GROUP FB FIKSIANA COMMUNITY.
Ando Ajo, 12 Oktober 2015.