Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Elegimu Bidadari

26 Februari 2014   20:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13933960781917444305

Aku tidak tahu apakah benar atau pun salah.,

Yang memupuk hati dan pikiran kian meresah.,

Doktrin hikayat dalam risalah.,

Menjatuhkan rasa tak berbentuk padamu yang tergugah.

Kasihan dirimu duhai para juwita.,

Mengetahui takdir di akhir masa.,

Tiada tahu pasti gelombang apa yang kan mendera.,

Ego kah yang maujud, atau kah kasih menyelubung raga.

Ironi-mu wahai wanita.,

Purwarupa nyata Bunda Hawa.,

Sanggupkah engkau berbagi rasa pada sesama.,

Teruntuk satu penerus Yanda Adam bernama pria.?

Dilema yang menjerat hasrat-mu wahai para jelita.,

Menyudutkan mu pada separuh rasa.,

Yang mengekang nurani dengan egonya logika.,

Meski terlihat diam tanpa bicara.

Dilema yang mengungkung mu duhai penerus ibu dunia.,

Membersitkan kasih nurani di atas logika.,

Separuh rasa lain bernama iba.,

Secuil harap berbagi rasa utuh pada lain jelita.

Teruntuk mu wahai para juwita.,

Aku menaruh empati ke atas takdir-mu yang menunggu untuk menyiksa.,

Yang akan mendera mu dengan selaksa rasa.,

Yang memaksa mu terisak di keheningan buta.

Aku mengagumi mu wahai para jelita.,

Sumber dari semua cipta rasa.,

Yang mampu berbagi meski perih tiada tara.,

Yang sanggup mem-peti-kan ego yang membara.,

Meski mata berkaca-kaca.,

Sebab di hati terbaginya cinta.

Teruntuk mu wahai para peneduh.,

Yang menampung segala gejolak yang merusuh.,

Yang menunggu datangnya akhir masa dengan jenuh.,

Pasrah hadapi kenyatan satu berbanding lima puluh.

Bagimu duhai para pemilik kata cantik.,

Dengarkanlah ketulusan dari hati ini yang berbisik.,

Yang tiadakan pernah habis rasa ku petik.,

Pada anggun tubuhmu yang mengusik.

Teruntuk mu duhai pemilik kata pesona.,

Penyandang rupa bidadari bernama Bunda Hawa.,

Yang karenanya indahlah se-isi jagat raya.,

Hinggakan terpatri jelas di surga.

Aku yang bertalikan Ayahanda Adam.,

Memberikan mu selaksa rasa yang mendalam.,

Kekaguman, kecintaan, keharuan, dan segala kasih yang tak lagi terpendam.,

Keteguhan mu duhai para ibu alam.,

Yang sempatkan tersenyum meski elegi siap merajam.

Teruntuk mu wahai penerus Bunda Hawa.,

Yang selalu memikat dengan semua pesona.,

Berharap bertemu di taman surga.

Terimalah salam.,

Dari ku yang meneruskan jejak Yanda Adam.

***

Jakarta, 26 Februari 2014

Ando Ajo

Sumber Gambar: ibh3.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun