[caption id="attachment_407905" align="aligncenter" width="600" caption="personil The Shelby. dari kiri ke kanan; Bowo - Bass, Day - Lead Guitar, Bacul - Vocal, Ade - Guitar, Opick - Drum."][/caption]
Mungkin ku tak sempurna…
di matamu, ku tak pernah indah
kau terus lukaiku…
hingga hati… terasa lelah…
Penggalan lirik di atas adalah bait awal dari singel The Shelby – Tak Akan Kembali. Bila dibandingkan dengan group-band yang telah lebih dulu mewarnai jagad musik Indonesia, mungkin ini akan terlihat biasa, sama seperti group-group bergenre serupa - Pop.
Tapi tunggu dulu!
Secara keseluruhan, single perdana dari group yang digawangi oleh Bacul (Vocal), Day (Lead Guitar), Ade Ferdi (Guitar), Bowo (Bass), dan Opick (Drum) ini, layak disejajarkan dengan group-group beraliran Pop lainnya.
Alasannya sederhana. Yakni;
Lirik yang puitis cukup mudah dicerna. Dijamin tidak bakalan dipusingkan sebagaimana dengan lirik-lirik lagu yang menggunakan bahasa tingkat dewa, yang butuh waktu untuk dapat mengetahui isi dari lagu tersebut. Alias; Easy listening.
Aransemen musik yang tidak terlalu menghentak, sehingga enak didengar. Suara sang vokalis tidak hilang tertelan musik itu sendiri. Bahkan, saat single ini disuguhkan pada malam launching perdananya (Kamis, 2 April 2015) beberapa hari yang lalu, cukup mampu membuat pendengarnya hanyut dalam irama yang mengalun.
Artikulasi sang vokalis – Bacul – saat menyanyikan liriknya, terdengar jelas dan fasih. Dan ini (menurut penulis) tentulah sesuatu yang harus mendapat apresiasi tersendiri. Coba bandingkan dengan artikulasi vokalis band-pop yang telah lebih dulu ada! Nada “T” yang berubah, bahkan terdengar seperti “C”. Dan ini, tentulah sedikit mengusik pendengaran. Coba bayangkan bila sang vokalis menyebut kata; Cinta. Tentulah akan berubah menjadi; Cinca.
Untuk para vokalis yang memiliki cara bernyanyi seperti alay itu, penulis punya pertanyaan sendiri; “Kenapa gak sekalian hancurkan EYD Bhs. Indonesia?”
Tiga poin di atas, menurut penulis yang ikut hadir di Maitrin Resto & Lounge Jakarta bersama sejumlah Kompasianer senior lainnya, sudah cukup memenuhi syarat untuk sebuah group-band menjajaki belantika musik tanah air.
*
The Shelby sendiri mengambil nama dari salah satu mobil tercepat dunia, di medio 1900-an. Menurut Day – yang juga bertanggung jawab pada aransemen single mereka – group itu kekuatannya ada di kerja sama. Seperti sebuah mobil. Baru akan bisa melaju kencang bila didukung oleh mesin yang prima, gear-gear yang mumpuni, dan ban-ban yang tahan kondisi apa pun. “Inilah moto kami. Dan berharap kami mampu menjalankannya, memang tidak akan mudah, dan pasti bukan dalam waktu yang relatif singkat – instant.” Ujar Day yang diamini keempat personil lainnya.
Sang vokalis, Bacul menambahkan; “Sebelum ini, The Shelby pernah mengisi salah satu soundtrack film: Sepatu Dahlan yang diproduksi oleh Mizan Production, Semesta Pro, dan Expose Picture di tahun 2014. Judul lagu yang kami bawakan; Menggapai Mimpi.”
*
Kini, kelima anak muda ini (The Shelby) boleh tersenyum bangga sebab kerja keras mereka merintis dan menyatukan tiap personilnya (terbentuk semenjak 27 Maret 2013) terbayar sudah. Di bawah bendera; VHN Records.
Dan yang tersisa, kerja keras untuk mempertahankan dan meningkatkan popularitas The Shelby sendiri di jalan positif.
“Semoga lirik-lirik kami bisa diterima masyarakat…” ujar Opick mengakhiri pembicaraan.
*
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando Ajo, Jakarta 05 April 2015.
Sumber ilustrasi by Kompasianer; Thamrin Sonata.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H