Lir ilir, lir ilir
Tandure wes sumilir
Tak ijo royo-royo, tak senggo kemanten anyar…
“Siti, aku berangkat sekolah dulu, ya?” Endah berpamit diri, pada sahabatnya, Siti. “Ntar sore, kita main lagi, aku bantuin nyari keong mas.”
Siti melepas kepergian sahabatnya itu, menimba ilmu. Tersenyum, hanya itu yang bisa ia lakukan. Endah sama seperti dirinya, seusia, namun lebih beruntung. Dari keluarga yang sedikit berada, dan Siti, dari keluarga yang sedikit tidak berada.
Meski ada kecemburuan dalam tatapan bening bola matanya, namun Siti tak pernah mempersoalkan itu. Membusungkan dada, Siti mendongak menatap langit pagi nan cerah, lantas kembali membungkuk. Menyibak rumpun tanaman padi, menyelidik setiap lekuk tanah, mencari dan mengumpulkan keong mas.
“Dapat lagi…” seru Siti dengan senang, memasukkan keong tersebut ke dalam ember kusam yang terkait di pinggangnya.
Cah angon, cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro…