Sudah cukup hentikan...Tiada bernalar apa yang kaulakukan, tak masuk di akal apa yang kauucapkan. Tiada pernah sama ucapan dan tindakan, dan kau masih berkata--kita rekan sejalan?
Dia yang menunjukkan jalan tak pernah mengajar memelihara angkara dalam badan. Konon pula mengumbar emosi dalam amukan... begitu bangga meludahi insan, tak puas hati--api pun kaunyalakan. Di rumah Tuhan--beranda halaman. Sebutlah sesukamu kawan!
Dan kau masih berkata menghormati Sang Junjungan?
Dia yang bagiku menjadi pedoman... mengutamakan maaf dalam baiknya ucapan. Bukan cacian yang berhamburan, bukan pula umpatan atas ketidakberdayaan. Bukan! Tiada dia mengajarkan... angkuh tawa pada jerit memohon ampunan, sedikit saja belas kasihan.
Dia yang bagiku menjadi panutan... tiada kan mau menurunkan kasarnya tangan--pada jiwa-jiwa tak berdaya dalam kelemahan. Tiada surga bagimu yang melakukan, tidak pula hanya sekadar mencium aroma wewangian. Begitu yang beliau tekankan. Tidakkah engkau pernah mendengarkan?
Dan kau masih berkata... kita seiman?
---0O0---
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI KOMPASIANA, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGANN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando AJo, Jakarta 05 Agustus 2017.
Terima kasih Admin Kompasiana^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H