[caption caption="Keceriaan anak-anak pesisir Nusantara yang tak pernah sama dengan apa yang kau pikirkan"][/caption]Aku ingin bercerita tentang hikayat, yang entah sampai kapan selalu tersurat, bak pedang bermata dua begitu yang kulihat, atau pedih menghantam pada apa yang tersirat. Tergurat. Membebat… dan sebagian kita tak hendak mengingat. Sibuk menyambung lidah kata berhujat, pada ego pada ambisi bejat. Bila perlu sikut dan sikat.
Aku… ingin mendendangkan, sekeping kebahagiaan yang mungkin luput dari pandangan. Aku… hanya ingin mengisahkan, tentang mereka yang bermain riang tanpa beban. Ahh, begitulah keindahan, yang mereka hadirkan. Padaku yang hanya memikirkan, pahit dan kerasnya kehidupan.
Yaa, tentang mereka, di pesisir jauh Nusantara. Terlalu picik ‘tuk kusimpan sendiri, pada keceriaan yang mereka beri.
Kita tidak pernah sama, begitu ujar mulut mereka yang mendatang sejuta tanya dalam benak tempurung kepala.
Kami berteman deburan ombak, tak hendak memikirkan kehidupan kota yang menyemak. Jangan berpikiran kami bersedih hati karena ini, sebab tiada ambisi di dada yang harus dan harus kami penuhi.
Lihatlah desiran angin membawa kabar… bisakah kau rasakan? Atau hanya kami yang senang bercengkerama bersama buaian? Jangan berpikiran kami blingsatan pada aturan yang kalian tetapkan, sebab tiada jahatnya pikiran yang harus kami penuhi dengan kerasnya keinginan.
Pernahkah diri begitu bangga… menjunjung tinggi sang saka, membawa kibaran ke puncak bukit tertinggi? Gunung?
Atau mengikatkannya di tiang tertinggi di Nusantara ini?
Setidaknya… pernahkah engkau begitu bangga, hingga dadamu serasa pecah karenanya, membawa merah putih berlari bersama… di sepanjang pesisir pantai mana pun?
Masihkah kita sama?
Dan aku… hanya terdiam tak mampu bersuara…