Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meja Kursi

9 Oktober 2014   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_365186" align="aligncenter" width="601" caption="Adat Musyawarah Mencapai Mufakat"][/caption]

Meja Kursi

[Pepatah-petitih]

Sembah tertuju pada Yang Satu.

Senyum menyapa bukanlah saru.

Seperti ibu bumi yang selalu menjadi guru.

Larungkan resah berkalang agar diri tak lagi ragu.

-

Kembangkan senyum sapalah handai taulan.

Sepuluh jari merapat salam disampaikan.

Berkurang satu, kepala kami anggukan.

Bernampak wajah, punggung berbalikan.

Kecil tapak tangan, talam kami tadahkan.

-

Ingat petuah leluhur dahulu,

Demi hidup lebih baik dia, kamu, dan aku.

Yang takkan lekang di panas menderu,

Takkan lapuk tempias hujan pun begitu.

Tiadakan sirna meski waktu jauh berlalu.

-

Langkahkan kaki seiring sejalan,

Tangan melambai lebih baik bergandengan.

Berdiri memang sama tinggi usah teruskan,

Baik dudukan diri bertukar pikiran.

Siapa aku gelar diri jangan ajukan,

Pandanglah sama rendah kawan duduk dalam lingkaran.

Mulakan musyawarah dalam satu kata ucapan,

Agar tiada lagi sengketa pertikaian.

-

Gelarkan tikar sama berpadan

Sapukan debu remah bersihkan

Berbenah diri dudukan

Anggukan senyum pada semua sapaan

-

Berlembut tutur dalam ucapan.

Usah ber-aku, dengarkan semua kesempatan,

Umpama si putih kapas kuat dalam kelembutan,

Takkan bercerai diri meski jatuh dari ketinggian.

Betenang diri awas pandangan,

Bak air tenang dalam cekungan telaga menyegarkan.

-

Adanya masaalah sama dirasa,

Lebarkan punggung, pundak memikul.

Patahkan keris hanya di dalam sarung.

Silang sengketa segala perbedaan,

Jangan biarkan merebak resah rakyat bertangisan.

-

Kata raja kata mendatar,

Kata yang alim kata hakiki.

Usah biarkan resah menjalar,

Hanya akan merugikan negeri sendiri.

-

Bersurut langkah kami memohon diri

Tetapkan sapa meski berjauhan diri

Terapkan ajar leluhur kini dan nanti

Agar jaya negeri tetaplah abadi

Bercermin diri pada kaca berbingkai, bukan pada keruh air di sungai.

Ando Ajo, Jakarta 09 Oktober 2014

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun