Ayahanda Adam Ibunda Hawa
Bisik malam usik gemerisik
Hening melukis ketenangan
Di bawah kanvas hitam tirai malam
Selimut agung rajutan kemintang
Sayap membelah syahdu rembulan
Intip mengintip sejuta angan
Lenggok gemulai tarian jiwa
-
Hinggap asa di singgasana rindu
Benak menjauh dari badan
Sepi menempa dalam keramaian
Tak hendak beranjak pergi
Seperti Adam merasa risih
Meski berdamping para malaikat bidadari
Dalam taman surgawi yang tak bertepi
Logika merangkai tanya
Mengapa diri seorang diri
-
Tanya tenggelam dalam dekapan
Menitik kelambu keyakinan
Meski tak membantah Kekuasaan
Sirat doa disematkan
Tak patah arang walau tahu itu Ketetapan
-
Hadir sosok berparas jelita
Wujud nyata dari doa
Purwarupa yang tak pernah ada
Gemulai tubuh dan suara
Lambang kehidupan bernama Hawa
-
Selaput jingga merangkak fajar
Menyingsing rona berubah keemasan
Mengusik mimpi yang menjelma
Ayahanda Adam dan Bunda Hawa
Sujud bersukur langit tak selamanya kelam
-
Bisik hari usik gemerisik
Intip mengintip sejuta angan
Mengulas senyum di benak imaji
***
TULISANINI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAI URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando Ajo, Jakarta 26 Februari 2015
Terima Kasih Admin Kompasiana^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H