Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

#2 - Subuh

8 April 2015   01:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428432251815419776

Sejenak… tinggalkan semua kebisingan. Tanggalkan segala beban pikiran. Lepaskan ikatan-ikatan pemberat badan. Luruhkan sisik-sisik angkuh kesinisan. Canda tawa kesenangan, hentikan.

Hentikan segala kisruh, segala rusuh. Semua yang melekat menjijikkan tubuh. Diam. Tenang. Sambut udara sejuk… nyaman.

Subuh… diri bersimpuh.

Sepertiga keheningan, tak menuntut banyak tindakan. Tak butuh banyak perlakuan. Hanya… keinginan, bukan paksaan. Kerelaan diri untuk merenung. Segala dosa, segala salah. Dalam diam… sunyi hening. Bukan hening tak bermakna, sebab ada doa dalam terpakunya raga.

Risik-risik halus sapuan lembut angin berhembus, lewat celah-celah tembok dinding papan retak halus, menjadi teman dalam keheningan subuh. Menemani lembutnya doa yang terbersit dalam dada. Dalam hati. Dalam pikiran… menjadi pendingin kala raga panas kegerahan. Panas, pengap pada setiap sudut kehampaan.

Gerak bibir perlahan. Berbisik. Terbuka, terkatup. Bergema halus, tiada siapa yang bisa mendengar. Hanya Dia… hanya Dia.

Tuhan…

Aku, butuh…

Di sepertiga akhir subuh, anak terakhir sang ratu malam, diri menghadap bersimpuh. Sanjungkan syair kasihMu dalam doa. Senyum meminta, s’moga hasrat doa diterima. Berbalut rintik rinai pandangan mata. Perlahan mengucur deras isak tertahan. Sesegukan…

Di sepertiga subuh…

Diri bersimpuh…

Berharap segala keluh, dapatkan penyembuh… pada sekujur akhir tubuh.

Sebelum kemilau emas pongah menampakkan diri, di ujung kaki langit kembali merayu diri, di ufuk timur lazuardi.

Sebelum fajar kian tinggi dan hilang, ditelan raja siang.

Subuh…

Di sepertiga akhir tubuh,

Diri sujud bersimpuh.

Sebab… aku sangat butuh.

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKANA URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Jakarta 08 April 2015.

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun