Dalam gemuruh pagi yang masih terasa dingin, sebuah panggilan bermakna mengalun. Subuh telah memanggil, dan seorang ayah, dengan lembutnya, mempersembahkan pertanyaan yang tak terduga kepada anaknya yang baru saja memasuki masa remaja. Dialog simpel itu pun memunculkan keingintahuan yang menggelisahkan, menciptakan sebuah perjalanan spiritual yang tak terduga untuk si anak, yang kemudian dikenal sebagai Beddu Rahing.
Ayah : Nak, tahu nggak kamu, Tuhan ada dimana?
Anak : Tuhan ada di surga!
Ayah : Oh gitu... lalu di luar surga nggak ada Tuhan?
Anak : hmm...Ya, ada di langit kali, Abah.
Ayah : Kalau Tuhan adanya di langit, berarti Dia nggak ada di bumiÂ
      dong. Jadi jauh banget Tuhan dari kita ya???
Anak : Ya, nggak juga, Abah... Jadi Tuhan ada di mana, dong Abah? Â Â
      (tanyanya sembari menekuk muka seraya setengah putus asa).
Pertanyaan ini menggelayuti pikiran Beddu Rahing hingga dewasa. Ia mencari tahu di mana Tuhan berada. Dia berdiam sejenak. Lantas dia menjawab sejujurnya, bahwa kadang ia 'merasa' jauh dengan Tuhan. Di lain waktu, perasaan berbeda pun muncul, seakan-akan Tuhan berada teramat dekat.
"Ketika Dia terasa jauh, hati saya kosong dan gelisah. Tapi, sewaktu dekat, saya merasakan ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian yang sulit digambarkan,'' jelasnya.