: Lis
ketika kita sadari nanti
pada bunyi 'nut' panjang
pada gagang yang masing-masing kita genggam.
kamu dan saya, seakan menjelma sebuah rajah di sekujur badan
bergambar: sepasang merpati
yang kaki-kaki kecilnya terikat gelang besi.
dan di antara mereka, keduanya
mempunyai nama yang terukir sama: airmata.
sayang, merpati seharusnya tidak nakal, bukan?
dan tidur ketika malam hari.
namun
di suatu malam itu. malam yang rindu.
ia tak henti-hentinya menangis-tersedu
seperti bayi yang sedang lapar,
sementara, sayang, sesungguhnya ia tidak meminta susu.
ia meminta kamu.
saya berusaha menenangkannya, tentu saja
; menyanyikan lagu untuknya. namun ia menolak.
dan meminta dibacakan puisi.
saya bacakan puisi, ia menangis lebih keras lagi.
dan meminta dinyanyikan lagu kesukaanmu.
saya nyanyikan lagu itu, ia tetap sedih
dan minta dibacakan puisi saja.
saya bacakan puisi sekaligus menyanyikan lagu kesukaanmu.
tangisnya makin pecah. ia minta yang lain
; ia meminta seribu nyala kembang api.
buru-buru saya mengajaknya ke luar kamar
dan sepuluh menit setelah itu,
kami berakhir di atas genting, di altar nyala kembang api digelar
tangisnya mulai reda.
napasnya mulai teratur.
saya beranikan peluk tubuhnya
dan ia membiarkan kepalanya bersandar
pada pundak saya.
namun ia tetap nampak sedih
tapi kali ini, ia tidak meminta apa-apa lagi.
kamu akan tahu. ketika melihat matanya: ada binar nyala berupa-rupa warna.
"Selamat tahun baru," ucapnya setengah berbisik
dan tertidur tenang di pundak saya yang tak seimbang.
kamu juga akan tahu. ia tetap mengeluarkan airmata
saya berusaha menyeka pelan mata itu, dengan kertas puisi yang saya jadikan tisu
sambil menyanyi lirih lagu kesukaanmu...
"Selamat tahun baru (juga) untukmu."
__
Mangkok yang Mengepul, 30 Dec 2015. |Â ilustrasi
Â