Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak: untuk, Nun

14 Maret 2015   00:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:41 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1426266139247165146

[caption id="attachment_372943" align="aligncenter" width="316" caption="pixabay.com/id/photos"][/caption]

*

:untuk, Nun

Jika saja ada cara yang begitu elegan
untuk mengingat kesedihan.
Saya pikir: sebuah sajak
yang dibuat, dan disulam
dengan mengenang kebahagian
adalah jawaban

namun, saya tahu, elegan bukan caramu hidup.
Dan, caramu mencintai
Kamu lebih sederhana
dari hujan tanpa airmata
kemarau tanpa risau
dan pergi, tanpa mau tengok kembali.

Ada yang lebih rapi. Ketika kamu melipat-lipat
jari-jari
nampak malu,
"Iya, aku mau," katamu yang masih malu-malu.
Pipi-pipimu berubah merah jambu.
Aku melihatmu...

kita sepakat. Mengikat cinta
laiknya kepiting terjerat jala
tak bisa kemana-mana.

"Satu waktu, ketika nelayan yang
bertindak sebagai Tuhan
melepaskan jeratan,
kita," katamu tersedu,
"kamu tak perlu cemas.
Sebab, Nelayan selalu bertugas
menjala
tanpa kenal pilih tangkapannya."

Nun, dalam sajak ini. Ada yang
mau saya katakan
bukan. Tapi, saya tanyakan:
apa sang Nelayan begitu sibuk?
hingga lupa menjala, saya?

Tahu, Nun!
aku kesepian
laiknya imam, tanpa makmum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun