Aku tak bisa mencegahmu pergi. Itu benar. Kau bisa berharap dirimu seekor camar, dan terbanglah seperti alasan burung meninggalkan sangkar.
Agaknya, waktu memang diciptakan untuk menjebak rusa petarung yang terjerat kakinya di bawah pohon oak. Tapi kau harus tetap terbang dan bermigrasilah, temukan teman sepadanmu tanpa perlu memalingkan muka dan merasa bersalah karena aku adalah rusa, yang akan baik-baik saja.
Aku akan sembuh dan merenungi kesepianku tanpa menunggumu kembali.
***
Akhir september minggu ini, hujan diprediksi akan turun pukul 4 sore dihari liburmu. Kau terbangun, bersijingkat dari ranjang, Â menguap sedikit seperti anak ayam dan memeloti jarum jam. Masih pukul 3. Tapi kau memiliki waktu 5 detik untuk menyadari bahwa di luar hujan deras. Semalam, kau memang telah melakukan hal yang benar: tidur larut malam untuk menyuci pakaian kotormu yang menumpuk. Dan hal kedua rencanamu adalah, kau langsung menjemurnya di samping rumah dengan keyakinan, dengan begitu kau tak perlu repot menjemurnya pagi-pagi sekali karena kau harus tidur panjang (hibernasi jangka pendek, menurut istilah ngawurmu) sementara kau telah menyetel alarm pukul 2 siang, karena kau begitu mempercayai ramalan itu terpenuhi. Tapi ramalan adalah ramalan adalah ramalan dan ramalan memang biasanya tidak terpenuhi. "Sialan!"
Kau menyenderkan tubuhmu pada kursi. Lalu memandangi hujan. Memandangi jemuranmu yang kuyup seperti mimpi buruk. Tak ada yang bisa kau lakukan tentu saja karena manusia gemar melakukan apa saja termasuk tidak melakukan apa-apa. Kau kembali ke kamarmu, lalu keluar lagi. Apa yang kauinginkan?
Tapi, lalu, kau menyeret tubuhmu dan susah payah memasukannya ke dalam tempat tidur gantung. Tempat tidur favoritmu sambil berayun menonton televisi. Memilah-milah chanel yang, sampai kau kehendaki, dan berhenti pada saluran yang menyiarkan vakansi, petualangan alam liar dan binatang dan seorang wanita bule yang lebih pantas menumis cabe di dapur rumahnya daripada membuktikan padamu bahwa 10 miligram bisa ular derik dapat membunuh 100 ekor sapi dalam waktu tak kurang dari 15 detik.
Wanita itu memang cantik dan lincah dengan paduan seragam yang selaras dengan tanah dan alam liar. Mungkin itu memungkinkannya  agar segala jenis satwa ganas dapat berpikir, bahwa ia adalah teman lamanya. Jadi mereka tidak perlu menunjukan suatu ancaman atau saling menakut-nakuti satu sama lain. Perhatian penuhmu tertuju padanya, tapi untuk beberapa saat ekor matamu justru memerhatikan sudut kanan televisi. Di sana terlihat seekor burung camar dan seekor rusa yang terjerat kakinya di bawah pohon oak. Mungkin mereka adalah sepasang kekasih, pikirmu.
Burung itu meloncat-loncat kecil mengitari Si Rusa dan mondar-mandir mengelilinginya. Seperti sedang berusaha keras berpikir bagaimana cara menyelamatkan rusa itu. Namun ia nampak menyerah lalu terbang hingga tak terlihat di layar televisi. Kau yang selalu menjadi kau yang sentimentil merasa sedih menyaksikan kejadian itu, karena  mungkin saja, mereka, adalah sepasang kekasih yang hidup namun berbeda cara memandang langit. Seperti kau dan kekasihmu.
Kau bilang kau akan kembali padanya, tapi kau justru berdoa pada langit yang muram, "Semoga dia baik."
Lalu kau menangis, merasa bersalah karena telah meninggalkannya. Kau menangis di tempat tidur gantungmu, betapa kau rindu dan berharap ia baik-baik saja.
Di televisi, seorang wanita berambut pirang, pembawa acara Animal Word terlihat melambaikan tangan dan berjanji ia akan kembali lagi esok hari. "Jangan lupa saksikan petualang liar kami lagi ya," katanya dengan bahasa inggris yang fasih.Â