Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Pengarang

21 Desember 2015   00:42 Diperbarui: 21 Desember 2015   23:23 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pengarang, tak ada kekasih lain yang saya setia-kan kecuali kamu dan buku. Mesti pada akhirnya, saya tahu, satu waktu kamu bisa saja berdusta. Dan hal terburuknya, saya akan banyak menuliskan kisah-kisah sedih. Perjuangan menyembuhkan luka supaya lekas pulih.

Tak ada pekerjaan yang menyenangkan barangkali selain menjadi pengarang. Selain membuat sejarah bagi dirinya sendiri, pengarang juga dilatih membohongi dirinya sendiri. Berbohong, kamu tahu, itu menyenangkan seperti menyesap kopi panas dari balik kaca jendela kamar saat hujan. Ketika orang-orang yang melintas, untuk sekedar basa-basi dengan berkata, “Melamun saja, Mas!” Padahal, ya, tentu saja, kita akan menjawab sesimpul senyum. Padahal tidak! Sebab yang terjadi, faktanya kita merindukan seseorang habis-habisan.

Tak adalah modal lebih yang dibutuhkan sebagai pengarang, selain mata dan ingatan. Mata di mana kamu, dulu, bercerita; tersenyum lucu, soal ide-ide gilamu. Menangis manja soal imajinasi gila, ketika saya pergi dan kamu pikir meninggalkamu untuk waktu yang cukup lama. Dan ingatan sebagai kamera perekam.

Satu waktu jika kamu jauh dari panca indera, saya masih bisa memutar bola mata saya. Menemukanmu dalam ingatan, memutar ulang film-film usang yang belum selesai dirampungkan. Atau telah rampung tapi masih saya ragukan akhir ceritanya. Saya memang tak mempercayai, kita telah berakhir, sampai saat ini.

Kepergianmu...

Saya ini pengarang! Yang hanya bisa menuliskan kisah-kisah sedih, mungkin hanya tidak berusaha terus-terusan bersedih. Entah sekuat apa saya memimpikanmu dan merindukanmu dalam cerita itu, tapi saya berharap: semoga hujan turun lebat dan tak lekas rampung, seperti airmata yang tak pernah habis ditampung.

___

Mangkok yang Menguap, 21 Dec 2015. | ilustrasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun