Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghirup yang Tersisa Semalam

27 Maret 2016   04:52 Diperbarui: 27 Maret 2016   07:07 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption bernapas="Bernapas http://www.beranda.co.id/wp-content/uploads/2015/02/pernafasan.jpg?ebbb96"][/caption]Lis,

Ini adalah pagi yang sejuk. Kabarnya, Tuhan suka sekali guyonan. Namun, beruntung apapun yang saya lihat semalam masih tertata rapi sekali di pagi hari ini. Burung-burung meniup mulutnya seperti peserta regu koor yang sedang berlatih sebelum mereka memutuskan pergi berangkat ke gereja. Tanpa usaha kerasnya, saya rasa ini terlalu pagi untuk mengerti bahwa niat mereka adalah memuji ke-Agungan Tuhan di pagi hari.

Burung-burung meloncat-loncat di atas ranting-ranting pohon mangga. Apakah Anda sudah bangun? Saya harap Anda tidak melewatkan pagi yang sejuk ini. Udara sejuk ini. Udara yang, sering saya sangka adalah udara sama, yang semalam sempat melintasi alis Anda, mata Anda, membelai rambut Anda dan mengecup kening Anda, seperti doa seorang ibu supaya anak mereka tidak mengalami mimpi buruk sewaktu mereka tidur. Baiklah..., saya akui saya hanya sedang menghibur diri saya sendiri, lalu mulai menduga-duga hal lain; bahwa sesuatu yang sama pula, bisa jadi adalah udara yang didaur-ulang oleh tumbuhan-tumbuhan yang hidup di sekitar saya; adalah udara semalam yang sempat dihembuskan oleh seseorang yang paling sedih di dunia. Sehingga ketika saya menghirupnya saya jadi mengingat Anda setiap pagi, ketika terbangun. Mohon maaf, jika kata-kata saya menyinggung perasaan Anda. Dan saya harap, Anda tidak berpikir demikian; bahwa jika dengan mencintai Anda, berarti saya tergoda rasa sakit, maka percayalah saya tidak menyukai kata-kata itu. Mungkin karena kata-kata tersebut terlalu banyak digunakan. Saya lebih suka meyakini: bahwa dengan mencintai Anda, tubuh-tubuh saya terlatih menjadi heroik dengan upaya-upaya perlawanannya di hari-hari buruk.

Tentang alasan mengapa seseorang yang semalam sangat sedih, saya tak tahu alasannya. Saya tak berani membayangkan wajah seseorang ketika mereka sedang bersedih. Untuk itu saya tak ingin membayangkannya. Saya lebih suka membayangkan wajah Anda, meski saya tak yakin, mungkin sebenarnya wajah Anda-lah yang semalam bersedih. Seseorang yang menghembuskan napasnya patah-patah karena menangis. Tidak! Anda tahu, Saya-lah yang sebenarnya menangis. Tentu, Anda tidak akan menangis dan menagisi hal yang sama sekali tidak Anda cintai. Karena bagaima pun itu lebih mudah dipahami.

Ada banyak orang bahagia karena diri mereka merasa dapat mencintai sementara satu-satunya yang dapat menjelaskan mengapa mereka sedih, adalah mereka tak mendapatkan sesuatu yang sama yang mereka lakukan. Terus terang saja, saya tak bermaksud membicarakan nasib tragis Ema dan Dexter di film One Day-nya; yang masing-masing membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyadari cinta satu sama lain. Saya pun tak berniat membicarakan nasib malang antara Abe Sapien dengan Princess di film Heliboy. Tapi saya ingin percaya pada kata-kata Barry Manilow bahwa: kebahagiaan sulit ditemukan. Namun saya berharap, Anda mendapatkan kata-kata bagus untuk menjelaskan sesuatu itu. Dari buku-buku yang pernah Anda baca, mungkin. Dari sebuah lagu, atau dari sebuah film kartun kesukaan Anda. Lalu Anda memulai, setelah Anda selesai memilah-milahnya dengan khidmat dan pertimbangan-pertimbangan yang cukup melelahkan, Anda pun menemukannya dan mengutipnya dari film Finding Nemo. Dan Anda akan berkata persis seperti kata-kata yang diucapkan Crash, Si Kura-kura Besar berumur satu-setengah-abad bahwa: “Kau takkan tahu, jika kau tahu, kau takkan mengerti.”

Baiklah cara berpikir Anda rumit sekali. Yang jelas pagi ini saya terbangun karena saya tahu, saya memiliki tujuan dan tujuan saya adalah: tidak tahu. Bolehkah saya tahu tujuan Anda pagi ini?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun