Â
1/
di ujung malam
kantuk belum pulang
rindu menunggunya
di ambang pintu yang berkaca-kaca, airmata
Â
2/
jalanan memang seperti nasib, yang mangkir ke buruk
tikungan, perempatan, laiknya ancaman
Â
Ia kira, barangkali: begal memang sedang kesal.
;tak ada mangsa, rindu pun tak apa.
3/
rindu manyun. bukan, tapi tegang
lalu keringatnya itu keluar. besar-besar
sebesar harapan.
4/
di selasar angkasa
bintang-bintang semakin kekar
menggelar, kontes: siapa yang paling terang, yang paling ia terangkan
dalam kesepian.
5/
untunglah ia ingat kata guru ngajinya
rindu; tak ada dalam rukum islam
atau rukum iman
tunaikan saja, jika itu
upaya menggenapi rindu yang perlu, tanpa kesedihan.
6/
baru setengah babak ia berdoa kepada Tuhan,
matanya menemukan tuan.
O, tunggu! Itu itu dia, rindu,
"muka kamu kenapa, kok babak belur begitu?"
"Habis dihajar kamu yang rindu masa lalu."
Â
Â
---
Mangkok yang Menguap. 10 Juli 2015
Â