Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia

13 April 2017   20:51 Diperbarui: 14 April 2017   07:00 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: analisadaily.com

Dia bohong, dia bilang bukan seperti itu yang ingin dia katakan. "Ah," katanya, "andai kau mau mendengarku satu kalimat lagi," 

"Aku punya banyak waktu berlimpah kok," kataku.

Lalu dia menjelaskan lebih dari satu kalimat, atau memang masih satu kalimat, karena sebenarnya dia bicara sangat cepat tanpa titik. Persis seorang orator yang gemar memprovokasi agar orang lain percaya kata-katanya. 

Setelah merasa selesai dan lelah karena aku cuma bergeming macam patung, dia menghentak-hentakkan kakinya. Seperti kuda. Lalu menangis dan menggigit bibir bawahnya. 

"Jangan menangis," kataku tak percaya akan kegagalannya meyakinkan orang lain. 

"Aku gagal."

"Jangan menangis," kataku lagi. 

"Kenapa?" 

"Karena kalau kamu menangis, artinya aku juga gagal membuatmu tidak menangis!" 

Lalu dia memelukku

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun