[caption id="attachment_370045" align="aligncenter" width="320" caption="pinkuikuik.blogspot.com"][/caption]
Bergerak itu tidak diam. Dan diam itu tidak bergerak. Kata-kata ini terusku ulang-ulang. Berjam-jam, berlarut-larut, sampai aku ingat. Kapan kau benar-benar bergerak meninggalkan diam. Katamu, sesuatu bisa bergerak kalau ada benda di antaranya yang diam.
Jujur saja --sejauh ini 'aku tak paham', apa yang kau ucapkan.
"Aku cuman pengen kamu ninggalin aku...," katamu.
Aku hanya diam. Diam. Diam. Diam. Kau bergerak meninggalkan(ku).
***
Sampai saat ini, setelah kau benar-benar pergi.
Kau tahu, aku masih simpan tanya. Sebenarnya, siapa di antara kita yang bergerak dan diam?
Apa air mata yang bergerak perlahan-lahan?
Kenangan yang diam-diam sulit dilupakan?
atau kesedihan yang tumbuh tabah, setelah kita sudah?
Kau selalu bilang, lupakan saja yang sudah silam, seperti melempar batu yang tenggelam ke dasar laut dalam. Apapun itu lupakan saja masa lalu kita. Jangan tabur garam lagi pada air laut, yang sudah diasini. Aku tak mungkin kembali.