30 tahun kemudian
dalam dunia nyata kebenaran itu tak pernah ada.
ruang lingkup dan jejak-jejak masa silam kita
adalah suara lirih yang hanyut dibawa angin
untuk menidurkan mimpi-mimpi masa muda.
aku bermimpi seseorang ingin mati bersamaku
dengan merasa sangat layak,
ia terus begitu yakin
dirinya adalah utusan
yang dinubuat tuhan.
di dunia nyata, kebenaran itu tak pernah ada.
kita: sisa-sisa gelombang
dengung yang menyerupai kebodohan
suara yang membalik ketika kaudengarkan.
detik demi detik ialah rahasia
saling memukul jam dan tahun
menemukan sang pemenang,
tetapi tetap tak ada yang kalah.
Kita telah tiba pada waktunya.
30 tahun yang akan datang. Amat ditipu
oleh pematang,
oleh kotak-kotak warisan adam.
Tak ada lagi yang benar.
Kalimat bagai air kran tetangga, yang mengucur
di malam hari. Sebagai suara yang
tak ingin kita dengar.
Pohon Akasia, duh, begitu tenang tertiup angin
mirip kita. Menunggu ditebang.
Daun-daun gugur, dan terbang. Menukik ke tanah
dengan sempurna, tanpa suara.
Nyaris seperti kita.
Andi Wi
Cilongok, 10 Desember 2021