Ternyata hanya kamu yang bisa membuatku menunggu. Pohon-pohon tidak. Mereka selalu berada di tempat terakhir kali aku melihatnya. Hawa dingin pagi hari selalu datang lebih awal dari perkiraan cuaca buruk, dan asap kendaraan yang bikin sesak dadaku, bahkan tak pernah telat menyuplai penyakit jantung dan tukang becak keliling yang tak pernah sekali pun ingin kunaiki, ia selalu berada di depan jendela kamarku bahkan sebelum sempat aku membuka mata.
Ternyata hanya kamu yang bisa membuatku menanti. Antrian panjang tiket masuk museum hanya mampu menahanku selama lima jam. Pertandingan bola yang tiba-tiba diundur jadwalnya paling betah satu minggu untuk minta maaf pada penonton. Bangku kosong taman, ikan-ikan, dan bunga-bunga kolam, punya keheningan sendiri menanti kematiannya. Tapi kamu tidak.
Ternyata hanya kamu yang sanggup buatku menunggu tanpa kata-kata, Â isyarat-isyarat, dan petunjuk dan perintah; tanpa ingin yakin bahwa aku juga cukup sempurna untuk mengulang kesedihan yang sama.Â
Tapi mengapa hanya kamu yang sanggup membuatku menanti setiap saat sedang setiap hari rasanya bisa seumur hidup?
Andi Wi
9 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H