Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Doaku Siang Ini

5 Desember 2017   17:51 Diperbarui: 6 Desember 2017   21:17 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dokumen pribadi/

Untuk kau,

Dan untuk kau, sekali lagi ini bukan tentang hari keberuntunganku.

Hari ini kulihat orang-orang lewat dan menyerupaimu. Perangai yang kuingat betul kurangkai tahun demi tahun ketika aku mencicil mencintaimu. Diriku yang kepayahan, dirimu yang lunas lebih dulu ketimbang yang kuharapkan.

Aku mencintaimu dan itukah alasan kau membenciku. Tidak sama sekali. Aku bahkan bagai mengenakan jam tangan, tapi tak pernah tahu ketepatan. Kapan tepatnya aku mulai mencintaimu setiap hari sama yang kuperlukan untuk menahan diriku agar tetap bernapas. Meskipun dengan cara lain, kau justru bernapas untuk membenciku.

Di antara letih, perih dan laparku. Jadilah yang tak terganti. Karena dengan begitu jatuh cinta denganmu takkan pernah sama jatuh cinta dengan orang lain.

Aku memang mencintaimu tapi tak mungkin betah berlama-lama. Tubuhku sering ditinggalkan banyak orang, diriku sendiri menginginkan pergi. Aku tak punya kesabaran menanti bagai orang-orang shaleh menuntaskan setengah agamanya. Aku tak punya cukup keyakinan untuk menunggu secepat ia sampai kepadaku. Kembali mencintaimu adalah caraku memulai keseimbangan itu.

Aku mencintaimu bahkan kupastikan sampai ke akar-akarnya. Kubayangkan dirimu pohon. Yang mencengkeram tanah dan batu. Begitu kuat. Adalah dosa menyembah sebatang pohon, tapi urusanku bukan untuk percaya bagaimana kau bekerja keras siang dan malam bagai penjaga toko, melainkan caramu berdiri tak tergoyahkan oleh angin, badai, dan bencana ketika yang meluluhkan.

Aku memang mencintaimu tapi tak pernah cukup tegar untuk menghadapinya. Meskipun setengah bocah laki-laki di dalam tubuhku kerap berterus terang mengaku dirinya sudah dikalahkan, dihancurkan, dikeping-kepingkan.

Akulah gigil itu yang gagal di tubuh ikan. Di dasar, di dasar, di dasar kolam kau tak melihatku.

Tapi aku mencintaimu dan kau tahu apa doaku siang ini ketika menatap langit? Semoga harimu baik. Semoga hari ini menjadi hari keberuntunganmu di antara milyaran manusia yang tidak beruntung seperti aku.  

*

Ajibarang, 3 Desember 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun