Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Petang Ini

29 November 2017   19:16 Diperbarui: 30 November 2017   17:08 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://www.instagram.com/t.1972/| Repro

Apa yang paling hakiki dari kita
Hidup rasanya telah membantuku
Jatuh cinta padamu
menyampaikan bahwa
: aku harus menunggu

Tapi dia tidak tahu
Bahwa aku sudah di sini sejak lama
Semenjak orang-orang patah hati
Dan mereka, mengenalkan cinta sejati mereka kepadaku.

Berapa banyak keberanian yang dibutuhkan?
Kesabaran macam apa bagi yang setia
menanti pelajaran-pelajaran dimulai?

O. Sudah.
Jika ini bukan tentang kamu
Aku pasti sudah menyerah
Dan mencari jalan keluar

Ingin sekali mendengar sesuatu yang menghibur.
Tapi aku tak bisa hentikan hujan ini

Kengerian di dadaku
Adalah selalu kegembiran
Bel sekolah yang dinantikan anak-anak
Mengeluarkan diri dari balik pintu ruang kelas.

Tanpamu aku adalah seorang guru
Yang tiba-tiba merasakan senyap
Ngilu. Sunyi yang sekali,
hendak kusimpan sampai petang ini
hingga besok
Anak-anak itu kembali. Aku sudah tak sabar.

***

Andi Wi,

Rabu, 29 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun