Kau tahu aku tak bisa senyum tanpamu
Bawalah napasku pergi
Ke tempat-tempat orang bisa bahagia
Tanpamu segala hal membuatku menangis
Tapi tanpamu tak ada celah bagiku untuk tertawa
Lihat! Aku lakukan perjalanan ini
lagi
bersama jendela-jendela yang tak nampak membawamu kembali
Mengapa jauh itu ada sih?
Sedang diriku
Bisa membayangmu begitu dekat
Untuk kuraih
dan kusentuh rintikmu dengan jariku
Yang tiba-tiba melukis kau, di kaca jendela itu
Bukan aku. Tapi dirimu sendiri
yang meminjam ingatan dan tangan orang lain.
Sedih membayangkan aku akan tersenyum tanpamu, kelak.
Bahagia ternyata segala sesuatunya selalu berubah, berliku dan tak mudah ditebak.
Satu-satunya cinta, mungkin memang bukan hanya milik kita berdua
Akan tetapi: Milikmu dan juga Milik-Nya.
Milikku sendiri masih.
Utuh, dingin, dan kesepian
Namun biar kujaga. Seebaik-baiknya
perkakas yang lebih lama hidup
sebelum mereka merasakan mati.
Tapi ijinkan ia mati, tersenyum.
Ajibarang, 17 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H