Rasanya saya bisa bahagia. Bisa bahagia tanpa bertindak tegar seolah-olah puas dengan hidup dan segala pengertiannya: kamu di sampingku, beberapa anak yang tertidur pulas di ranjang mereka setelah lelah bermain seharian, sebuah rumah dengan atap yang bisa menyerap suara rincik hujan dengan tenang. Ada kopi, atau kalau kita cukup miskin, kopi tanpa gula saya rasa bukan sesuatu yang buruk.Â
Setiap hari saya bahagia. Saya bekerja -entah apa pekerjaan yang cocok untuk saya- mungkin saya akan pulang kelelahan sampai lupa menyapamu yang amat sibuk dengan urusanmu melatih anak-anak kita: mengatakan hal-hal benar di hadapan orang tuanya, mengerjakan PR, mengajarinya menggambar, mengatasi kecemasan rahasia mereka, memberinya petunjuk manfaat mencintai sesama, menempelkan tanda kasih di telapak tangan mereka.Â
Saya bahagia, kamu mengajari anak-anak kita dengan kecakapan seorang guru penyabar dan penuh rasa sayang kepada murid dan ayahnya. Rasanya saya bisa bahagia tanpa pernah takut ini akan berubah. Akan lebih baik jika kita tetap bersama selamanya. Seperti dua buah lintasan  kereta saling beriringan, menembus pagi, menuju senja dengan keawetan yang tidak berlebihan.Â
Rasanya saya bisa bahagia. Orang-orang akan mengenal kita sebagai sebuah tim yang solid dan tak terkalahkan. Anak pertama kita bernama: Rindu dan adiknya yang kamu sendiri memilihkan nama untuknya: Kasih. Kita berempat seperti sebuah regu pramuka yang terdiri dari empat orang. Kamu yang paling manis, sementara aku dan anak-anak kita akan selalu berada di dekatmu seperti kelompok yang tak punya pilihan lain selain tetap berada di dekat api unggun. Karena selain kamu manis, kamu juga sosok yang hangat.Â
Saya bisa bahagia, bersama kamu dan anak-anak kita. Kami mulai menunggu kamu berdehem, sementara di pihak lain, kami pun menantimu membacakan sebuah dongeng. Bawang Putih dan Bawang Merah. Kamu selalu bisa membawakan cerita dengan baik, seolah-olah kamu lah saksi di balik cerita itu. Alur, plot, konflik, sifat-sifat dasar tokoh cerita itu, kamu ubah semuanya. Kami menyimak tanpa protes sambil sesekali membetulkan letak bokong kami. Bawang Putih yang baik hati dan Si Bawang Merah yang baik hati. Tak ada orang atau tokoh antagonis yang keterlaluan jahat atau cukup jahat diceritamu. Kamu mengakhiri cerita. Kamu puas. Kami lega. Tak ada kejahatan di samping kita. Tak ada kejahatan di bumi ini. Kamu berharap semua orang berlaku baik.
Saya rasa saya bisa bahagia. Bersama kamu dan semua kebaikan yang menyertainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H