Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Sore dan Rasa Bersalah

13 Agustus 2017   20:54 Diperbarui: 15 Agustus 2017   15:19 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: 123rf.com

Dua orang laki-laki dewasa. Satu mengenakan kaos polos putih dan celana pendek dan di lehernya menggantung perbagai minuman pendongkrak energi, air mineral, kopi dan lain-lain lengkap dengan makanan ringan kacang dalam sebuah plastik kecil, biji jambu mete yang sudah digoreng enak dan sebagainya. Lelaki kedua, mengenakan kemeja putih berlapis jas hitam, seperti tuksedo, celana katun licin dan sepatu mengilat yang mancung di depannya.

Dua lelaki sama-sama dewasa, muka mereka bengis, mungkin di balik mulutnya terselip beberapa taring, dan saya telah membuatnya muntab.

Dua lelaki dewasa. Mereka marah pada saya.

Dua lelaki dewasa. Mereka menuntut saya mengeluarkan isi dompet. Lelaki pertama, dia sangat sibuk dan menginginkan pergi, tapi dia juga menginginkan secangkir kopi plastiknya dikeluarkan lagi dari dalam lambung saya, jika saya tak segera membayar dagangannya. Sementara itu, lelaki kedua, saya rasa dia menginginkan dua hal dari saya: (pertama) Anda di situ saja, Bung. Lalu izinkan urusan ini berjalan cepat dan ringkas: saya meng-uppercut muka Anda, dan Anda mimisan dan pingsan, lalu (kedua) saya janji akan segera mengambil isi dompet Anda. Dan saya janji akan langsung pergi.

Kerusakan ini sama sekali bukan hal sepele. Anda lihat? Saya cuma pekerja kantoran yang yah, sudra. Tingkat rendah. Saya punya bos yang menyebalkan, dan dia suka menyuruh-nyuruh saya bagai keledai tolol piarannya. Oh. Seekor keledai malang. Tapi itulah nasib saya. Bertahun-tahun. Tanpa peningkatan signifikan yang layak diperoleh sebagai keledai sungguhan, saya bertahan. Tapi kadang-kadang, saya menikmatinya. Bukan hal buruk saya pikir. Setidaknya keledai lebih baik ketimbang saya analogikan sebagai coro.

Anda tahu coro kan? Posisi mereka selalu terjepit dalam keadaan kikuk. Mereka hidup di antara lubang utang-piutang. Kakak saya sendiri yang mengalaminya. Dia menutup dan menggali sendiri lubang yamg sama. Riwayatnya. Sungguh menyedihkan. Dia tergelincir seperti halnya seekor coro yang grogi saat melakukan pendaratan tiba-tiba dan mendapati dirinya tengkurap dalam posisi terbalik. Nah. Itulah hidup kakak saya.

Saya sendiri kadang-kadang membantunya. Dengan menyisihkan uang gaji saya yang cukup kecil. Tapi saya melakukannya rutin. Memang itu semua saya lakukan bukan semata-mata saya ini adiknya. Melainkan dia pernah menyelamatkan krisis hidup saya. Dulu sekali. Dia yang membayar uang kuliah saya. Dan dia juga yang terus menyemangati saya supaya terus bergirlya di medan perang di permukaan bumi ini yang tak jelas juntrungannya. Jadi saya seperti membayar hutang yang tak akan pernah habis sekaligus jasa, karena dia sudah mau membuka mulutnya tanpa pernah capek untuk menasehati saya.

Sementara, Anda tahu, saya juga harus mencicil angsuran sepeda motor bodoh ini kepada leasing sialan itu. Sepeda motor yang baru saja Anda robohkan dan saya kira kerusakannya cukup parah. Bodinya terbuat dari plastik. Jepang pintar betul menarik konsumen untuk membeli dagangannya yang rapuh dan mudah pecah ini. Tapi Jepang pasti tidak cukup bodoh, mereka memproduksi suatu barang lengkap dengan suku cadang aslinya. Yang harganya saya pikir kelewat mahal bagi ukuran saya.

Nah. Sekarang anda lihat sendiri kan? Akibat kecerobohan dan sikap bodoh anda sebagai manusia yang memiliki akal, tapi mungkin Anda sedang tidak menggunakannya, sehingga Anda memarkir kendaraan butut anda, berjejer dengan sepeda motor saya, seolah-olah mereka dilahirkan ke dunia untuk berjodoh di bawah pohon beringin yang enak buat berteduh ini, alih-alih sepeda motor anda melukai kekasihnya, yaitu sepeda motor saya, anda secara tak sengaja merusak tatanan asmara mereka. Sehingga bodi samping sepeda motor saya pecah dan lecet sana-sini.

Oh. Saya menyesali kata-kata saya barusan yang kasar dan terdengar tidak berpendidikan --padahal saya ini S2 lho! Tapi Anda pasti tak asing dengan gelar yang konon bermakna "Senang dan Sukses" alih-alih suka-suka mereka diijinkan mengumpat seenaknya. Bajingan. Tengik. Dasar tak berpendidikan, kepada yang dia pikir tak berpendidikan.

Maka dari itu, saya mohon, bajingan tengik, anda harus bayar ganti rugi terhadap kerusakan-kerusakan sepeda motor saya. Sekarang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun