Cinta saya yang lulut dan jinak
Jangan kau usir dari hatimu
Banyak sudah kudengar
Siasat pintar mengubur
cinta mati.
Apa yang tidak demikianÂ
kita pahamiÂ
dari hari-hari rawan mendung
Langit terlalu pemurah dan pemaaf.
Ini salah saya. Biar selangkahÂ
demi setapakÂ
jalan habis dibelahÂ
para perindu tabahÂ
yang selalu soal teatrikalÂ
akrobatik payahÂ
mengendalikan ingatannyaÂ
yang kering, namun mudah tumpah
sewaktu-waktuÂ
Rindu menggelinding seperti bola air mata di pematangÂ
pipimu
yang pucat dan kucintai. Sementara
awan mengapung
di kepala semua orang
Mengungkap perihal kebenaran:Â
Hari ini sebuah jalan dibuat dari
nama belakang pahlawan yang tidak memiliki nama depan.
Sebatang kayu lapuk
tak selamat dari ciuman cuaca dan rencana
Jamur merang yang tumbuh
di sepanjang tubuhnya.
Lampu kamar dimatikan.
Dua ekor cicak tersesat
dalam gelap.
Dan kau, katanya, sedikit beruntung.
Hujan turun
saat kau terlelap
dan tak ingin terbangun
untuk pipis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H