Mungkin yang terlanjur diucapkan pangkal lidahku adalah janji-janji yang tak dapat dibatalkan oleh kafilah-kafilah pembawa kabar meninggalkan rumah. Pergi mencari dirinya untuk menemukan diriku di dalam sarang laba-laba, bayang piring kosong dan cahaya bingkai jendela adalah usaha omong kosong mencari dirimu.Â
Mesti bagaimana lagi harus kugambar wajah itu di kepul tipis asap kopi yang sebentar naik ke langit, dan turun merembes di dasar kepalaku. Keberanian-keberanian seperti apa, yang berani kupunyai tentang ingantanku tentang dirimu. Pengecut di dalam diriku adalah penyebrang payah yang berjuang pada karat pegangan pagar, jembatan yang hampir rontok dan pugar.
Jika hari berganti dan aku menemuimu lebih liar dari musim dan angin dan kilat petir matamu itu menyala-nyala seperti kunang-kunang di musim dingin, aku akan menyerahkan diri saja. Membuka seluas-luasnya agar kau dapat masuk ke dalam, seperti usia supaya kau kekal dan aku merasa setimpal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H