Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demi Desir Hasrat Pertama

6 Oktober 2016   23:45 Diperbarui: 11 Oktober 2016   21:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dalam kemalangan saleh
demi desir hasrat pertama,
kemaslahatan orang-orang percaya (dapat menerima, namun
tidak cukup jujur mengakuinya)

asap kretek yang mengerubungi kepala
belum beranjak pergi
; adalah ringkuk petani
dalam gubuk kecil
angin sunyi
malam terpencil
milik lampu petromak.
dan laron yang belum beranjak.

apa tidak apa-apa,
sebaik-baiknya
rindu dibesarkan dan dibiarkan
begitu saja.

hari nampak tua
langit cemberut dan pemarah
apa tidak apa-apa,
kalau adalah penting
sepuluh atau dua puluh tahun lagi
rindu terpelanting,
ke teras toko milik orang cina
malam-malam, suara apakah itu?
gonggongan anjing atau hantu?
ia tak akan peduli. mungkin
ia telah tertidur nyenyak
di atas koran lama-kolom puisi
seperti tungku api. hangat.
dan tak pernah menyadari
atas pelukan sajaknya sendiri.

Ai, Lis...
Jenis kemalangan apa yang membuat kita
menjadi begini.
  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun