Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sulur-sulur yang Tak Habis Dihitung Mundur

12 Agustus 2016   23:46 Diperbarui: 25 Agustus 2016   22:38 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tentang penantian, adalah sulur-sulur yang tak pernah habis kita hitung mundur. 

Kuhirup udara...
satu tarikan panjang  
yang kutahu
tidak mengubah apa-apa
Sialan!
Pertanyaanku masih sama!
: apakah kau akan mencintaiku
sebagai, misalnya, malam
mencintai kekasih gelapnya?
Waktu terus berkutik,
sementara tiap detik adalah
alasan pejal
peramal gagal meramal.
Rahasia yang tak ingin diketahui nyiur angin
Pada hatimu yang berlibur
berkunjung tempat lain.
Dan menarik kata-kata
Ruang dingin penghabisan,
yang menghabisi kita.

Adalah dadaku
lonceng bersuara lembut itu.
yang disentuh angin kecil depan rumahmu.
; teladan yang mengajarkan perasaan gugup
yang menunggu cintamu duduk terkantuk-kantuk.
Bahwa aku mencintaimu semalaman suntuk. Tapi
Kau menunggunya sampai larut.

(2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun